Puluhan Guru Muda Gelar Sekolah Rakyat untuk Pulihkan Trauma Anak Korban Banjir Bandang Aceh Tamiang
Guru muda relawan TDC menggelar kegiatan Sekolah Rakyat dan trauma healing bagi anak-anak korban banjir bandang di Desa Sekumur, Aceh Tamiang. (Dok. Relawan)
ACEH TAMIANG — Puluhan guru muda yang tergabung dalam TDC menggelar Sekolah Rakyat sebagai upaya pemulihan trauma anak-anak korban banjir bandang di Desa Sekumur, Kabupaten Aceh Tamiang. Program kemanusiaan ini difokuskan pada kegiatan trauma healing dan pendidikan nonformal bagi anak-anak terdampak bencana.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sekitar sepekan setelah pengumuman perekrutan relawan dibuka melalui media sosial. Antusiasme relawan datang dari berbagai latar belakang pendidikan, meski dengan persyaratan yang cukup ketat.
Inisiator Sekolah Rakyat, Agum Aditya, mengatakan program ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi psikologis anak-anak di lokasi pengungsian yang mulai menunjukkan tanda-tanda stres, kejenuhan, dan kehilangan semangat belajar pascabanjir bandang.
“Kami sudah berada di desa ini sejak dua minggu pascabanjir. Dampaknya cukup berat, terutama bagi anak-anak. Mereka terlihat jenuh dan tertekan, sehingga kami bersepakat menghadirkan kegiatan trauma healing melalui Sekolah Rakyat,” ujar Agum, Kamis (25/12/2025).
Agum menjelaskan, Sekolah Rakyat dirancang sebagai ruang belajar nonformal yang ramah anak dan fleksibel. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembelajaran ringan, permainan edukatif, hingga pendampingan psikologis.
“Kami ingin membantu anak-anak kembali merasa aman, nyaman, dan ceria. Proses belajar kami kemas secara menyenangkan agar mereka perlahan pulih secara mental,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, Agum menegaskan bahwa keterlibatan relawan murni untuk kepentingan kemanusiaan, bukan kegiatan wisata atau pencitraan.
Ia menyebutkan bahwa kesiapan mental menjadi syarat utama bagi relawan, mengingat keterbatasan fasilitas, medan yang sulit, serta kondisi sosial masyarakat pascabencana.
“Kehadiran kami bukan untuk liburan, tetapi untuk memberikan solusi nyata bagi warga, terutama anak-anak,” tegas Agum.
Meski persyaratan cukup ketat, puluhan guru muda—yang mayoritas perempuan—tetap bergabung dalam program ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari guru agama dan bahasa Arab, guru bahasa Inggris, hingga pendamping trauma healing.
Menurut Agum, keberagaman kompetensi tersebut diharapkan dapat memperkaya metode pendampingan dan pembelajaran bagi anak-anak di lokasi bencana.
Perjalanan menuju Desa Sekumur menjadi tantangan tersendiri bagi para relawan. Dari Kota Medan, tim menempuh perjalanan darat sekitar empat jam menuju Desa Babo, lalu melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi sungai menggunakan perahu untuk mencapai lokasi utama.
“Dengan segala keterbatasan dan tantangan akses, kami berharap kehadiran para guru muda ini dapat memulihkan kondisi psikologis anak-anak sekaligus menjaga semangat belajar mereka,” pungkas Agum.
Sebagaimana diketahui, dalam sebulan terakhir sejumlah wilayah di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara dilanda banjir dan longsor yang berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, serta pendidikan masyarakat. Melalui Sekolah Rakyat, para guru muda dari berbagai disiplin ilmu berupaya menjadi bagian dari ikhtiar pemulihan mental anak-anak korban bencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-RSD)

Komentar