OJK Optimalkan Fungsi Intermediasi Sektor Keuangan untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan September 2025 dalam konferensi pers bertajuk “Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK”, Kamis (9/10/2025).

GIMIC.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan komitmennya untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi sektor jasa keuangan guna memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya ini dilakukan dengan mendorong penyaluran pembiayaan ke sektor-sektor prioritas pemerintah, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan bahwa pihaknya terus menjaga stabilitas sektor jasa keuangan melalui penguatan koordinasi, pengawasan, serta kebijakan yang adaptif terhadap dinamika ekonomi global dan domestik.

“OJK berkomitmen untuk menjaga agar sektor jasa keuangan tetap resilien, kontributif, dan berdaya saing. Kami juga memperkuat kebijakan yang mendorong penyaluran pembiayaan produktif, terutama ke sektor-sektor prioritas dan UMKM,” ujar Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Mahendra menambahkan, OJK juga terus mengembangkan kebijakan untuk memperdalam pasar keuangan nasional. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas serta memperluas basis investor, sehingga peran industri keuangan semakin nyata dalam menggerakkan perekonomian nasional.

Menurut Mahendra, kondisi sektor jasa keuangan nasional saat ini berada dalam posisi stabil, seiring dengan mulai membaiknya ekonomi global. Sejumlah lembaga internasional seperti Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bahkan telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi lebih kuat dibandingkan perkiraan awal tahun.

“Tensi perang dagang global juga menunjukkan tren penurunan, meski potensi gejolak geopolitik masih perlu diwaspadai,” jelasnya.

Di Amerika Serikat, lanjut Mahendra, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tetap tinggi, meskipun pasar tenaga kerja mulai melemah dan inflasi masih bertahan di level tinggi. Adapun Federal Reserve (The Fed) telah memulai siklus penurunan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin dan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun.

Sementara itu, ekonomi Tiongkok masih berada dalam fase moderasi dengan sejumlah indikator permintaan dan penawaran yang belum sesuai ekspektasi pasar. Di kawasan Eropa, perekonomian juga cenderung stagnan dengan tekanan yang dirasakan di beberapa negara besar seperti Prancis.

“Perkembangan global ini secara umum mendorong sentimen risk-on di kalangan investor, yang turut mengangkat kinerja pasar saham global,” ujar Mahendra.

Dari sisi domestik, Mahendra menegaskan bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja positif. Hal ini terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi serta surplus neraca perdagangan yang terus meningkat.

Namun demikian, ia menilai bahwa permintaan domestik masih perlu diperkuat, seiring dengan moderasi inflasi, indeks kepercayaan konsumen yang belum optimal, serta tren penjualan ritel, semen, dan kendaraan yang masih fluktuatif.

“Ke depan, OJK akan terus memperkuat koordinasi lintas sektor dan menjaga stabilitas sistem keuangan agar tetap mampu menopang pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan,” pungkas Mahendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id

(G-H2) 

Komentar

Loading...