Bank Indonesia: Ketidakpastian Global Masih Tinggi, Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Melambat

GIMIC.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai bahwa ketidakpastian global masih berada pada level tinggi, salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan pengenaan tarif yang digulirkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Kebijakan tersebut dinilai dapat berdampak pada perlambatan ekonomi global, termasuk terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
"Secara umum, menurut pembacaan kami dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, ketidakpastian global masih cukup tinggi. Salah satunya dipicu oleh dinamika tarif yang dilakukan Presiden Trump," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar, dalam Taklimat Media di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Geopolitik dan Tarif AS Tekan Proyeksi Ekonomi Global
Firman menjelaskan, BI telah secara cermat memantau perkembangan kebijakan tarif AS dari bulan ke bulan. Sebelumnya, tensi geopolitik antara Iran dan Israel juga turut memperburuk ketidakpastian global.
Sebagai dampaknya, BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 ke angka 3 persen, turun dari estimasi sebelumnya yang sebesar 3,3 persen.
"Di tengah ketidakpastian ini, inflasi memang menurun, namun kebijakan tarif AS tetap menjadi perhatian karena berpotensi meningkatkan biaya barang global," jelas Firman.
Risiko Fiskal AS dan Aliran Modal ke Emerging Market
Firman juga menyoroti kondisi fiskal Amerika Serikat yang masih rentan, dengan defisit anggaran sebesar 6,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menyebabkan yield US Treasury (UST) untuk tenor 2 dan 10 tahun tetap tinggi, di kisaran 4 persen, meskipun sempat mengalami penurunan.
"Ini memengaruhi persepsi risiko investor terhadap penempatan dana di AS. Kami memproyeksikan The Fed akan menurunkan suku bunga (Fed Funds Rate) sebanyak dua kali di tahun 2025, masing-masing pada bulan September dan Oktober," paparnya.
Meski demikian, BI mencatat adanya perkembangan positif dalam dua bulan terakhir berupa kembalinya aliran modal ke negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia. Perkembangan ini berdampak pada menurunnya permintaan terhadap dolar AS, yang tercermin dari pelemahan indeks dolar (DXY).
Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh 4,6–5,4 Persen
Menyikapi dinamika global tersebut, BI tetap optimistis terhadap prospek ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran 4,6 hingga 5,4 persen, didorong oleh stimulus fiskal dan akselerasi belanja pemerintah di semester II.
“Komponen ekspor menunjukkan tren positif, termasuk ekspor ke AS yang masih mencatat pertumbuhan cukup kuat. Selain itu, secara spasial, wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tumbuh di atas 5 persen,” kata Firman.
Fokus BI ke Depan: Stabilitas dan Akselerasi Ekonomi
Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai faktor eksternal, termasuk kebijakan suku bunga global, pergerakan mata uang utama dunia, dan volatilitas pasar keuangan. Di sisi lain, BI juga akan memastikan dukungan optimal terhadap pemulihan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik.
"Kami akan terus mendukung momentum pertumbuhan melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, serta sinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah," tutup Firman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-EL)
Komentar