Usai BI Rate di Pangkas, BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit

GIMIC.ID, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta agar perbankan menurunkan suku bunga kredit, menyusul pemangkasan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen.
“Kita harapkan perbankan menurunkan suku bunga, baik deposit dan terutama kredit, dan meningkatkan penyaluran kredit,” ujar Perry dalam Konferensi Pers RDG, dikutip, Kamis, 22 Mei 2025.
Perry menjelaskan bahwa langkah tersebut dibutuhkan agar sektor perbankan dapat bersinergi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia menambahkan, saat ini suku bunga perbankan masih tergolong tinggi.
Per April 2025, suku bunga deposito tenor 1 bulan tercatat sebesar 4,83 persen, naik dari 4,81 persen pada awal Januari 2025. Beberapa bank bahkan menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari angka yang dipublikasikan.
Sementara itu, suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yakni sebesar 9,19 persen pada April 2025, hampir tidak berubah dari posisi 9,20 persen pada Januari 2025.
“Kita terus mendorong kecukupan likuiditas tapi juga pelonggaran kebijakan makro budaya. Kami terus menambah likuiditas dengan kebijakan insentif likuiditas dan terus kami lakukan dengan jumlah yang besar,” tandasnya.
Pertumbuhan Kredit Melambat
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan melambat. Pada April 2025, kredit perbankan tumbuh 8,88 persen secara tahunan (YoY), lebih rendah dibandingkan Maret 2025 yang tumbuh 9,16 persen YoY.
“Peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi perlu terus ditingkatkan. Kredit pada April 2025 tumbuh sebesar 8,88 persen YoY, lebih rendah dari 9,16 persen YoY pada Maret 2025,” ujar Perry.
Dari sisi penawaran, Perry menyebut bahwa minat penyaluran kredit oleh bank (lending standard) masih baik, terutama pada sektor pertanian, listrik-gas-air (LGA), dan jasa sosial.
Namun, kondisi likuiditas perbankan meski masih memadai, menunjukkan perlambatan pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Tercatat, pertumbuhan DPK menurun dari 5,51 persen YoY pada Januari 2025 menjadi 4,55 persen YoY pada April 2025.
“Kondisi ini mendorong persaingan dalam pendanaan antar bank dan perlunya memperluas sumber pendanaan lainnya di luar DPK,” jelas Perry.
Dari sisi permintaan, Perry menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit terutama disumbang oleh sektor industri, pengangkutan, dan jasa sosial. Sementara kontribusi dari sektor konstruksi, perdagangan, dan lainnya masih terbatas.
Berdasarkan kelompok penggunaannya, pertumbuhan kredit modal kerja tercatat sebesar 4,62 persen YoY, kredit investasi 15,86 persen YoY, dan kredit konsumsi 8,97 persen YoY.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)
Komentar