Oleh: Indra Efendi Rangkuti

Masa Kejayaan PSMS, Dari Tingkat Nasional Dan Internasional Pada Era 1967

GIMIC.ID, MEDAN - Setelah berjaya di awal era 50-an bersama bintang - bintang seperti : Ramli Yatim, Ramlan Yatim, M.Rasijd, Cornel Siahaan, Yusuf Siregar, Saari,Arnold Van Der Vin dll hingga mendapat julukan "The Killer" dan turut berjaya membawa Tim PON Sumut meraih Medali Emas sepakbola PON 1953 dan 1957 serta membawa PSMS menjadi Runner Up Kejurnas PSSI 1954 dan 1957, prestasi PSMS sempat meredup seiring pensiunnya bintang - bintang legendaris tersebut di akhir era 50-an dan awal 60-an.

Dan akhirnya sinar redup ini mulai berakhir seiring munculnya skuad muda penuh potensi yang membela panji PSMS Jr di Piala Suratin 1967 dibawah asuhan pelatih Ramli Yatim yang juga legenda PSMS dan Timnas era 50-an.

Kejayaan PSMS Medan di tingkat Nasional dan Internasional pada akhir era 60-an hingga era 70-an tidak bisa dilepaskan dari kesuksesan yang diraih PSMS Jr di Piala Suratin 1967. Kesuksesan anak - anak muda Medan yang Dilatih Oleh Legenda PSMS dan Timnas Ramli Yatim ini diraih melalui proses pembinaan yang cukup baik oleh Pengurus PSMS Medan yang pada masa itu dipimpin oleh perwira Polri M.H Sinaga.

Pada April 1967 berlangsung putaran Final Piala Suratin di Stadion Menteng Jakarta. Dalam putaran Final ini, PSMS Jr yang dilatih oleh Legenda PSMS Ramli Yatim berhasil unjuk gigi sebagai kekuatan utama sepakbola pada masa tersebut.

Ramli Yatim berhasil memoles sosok Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Chaliq Mazlan, Tumsila, Nobon dll sebagai calon bintang masa depan Medan dan Indonesia. Pada Final yang berlangsung 26 April 1967 PSMS berhadapan dengan tuan rumah yang juga musuh bebuyutannya yaitu Persija.

Duel PSMS Jr dan Persija Jr ini berlangsung menarik dan saling jual beli serangan. Yang unik saat di final ini adalah PSMS Jr tidak hanya didukung warga Sumut yang merantau di Jakarta tapi juga didukung perantau asal Maluku. Mungkin hal ini disebabkan karena PSMS Jr diperkuat centre back muda yang handal yaitu Alfaris Siwabessy yang berdarah Maluku. Alfaris Siwabessy sendiri tampil gemilang mengawal lini pertahanan PSMS Jr berduet dengan Sen Chong (Jusly Jacob).

Pada pertengahan babak pertama ini benteng pertahanan PSMS Jr Alfaris Siwabessy dikeluarkan karena dianggap bermain kasar hingga akhirnya PSMS harus bermain dengan 10 pemain. Emosi Alfaris tidak bisa ditahan karena terpancing dengan permainan Persija Jr yang menyulut emosinya. Apalagi para pendukung Persija Jr kala itu kerap mengejek para pemain PSMS Jr.

Namun PSMS tidak gentar walau bermain dengan 10 orang dan terbukti mampu menahan Persija 0-0 hingga pertandingan usai dan dilanjutkan perpanjangan waktu 2x15 menit. Ketangguhan PSMS Jr ini tidak lepas dari penampilan Sen Chong yang tampil kokoh di jantung pertahanan PSMS Jr dan penampilan gemilang kiper PSMS Jr Ronny Pasla. Demikian juga dengan penampilan gemilang Sarman Panggabean dan Nobon dalam mendukung pertahanan PSMS Jr.

Ronny Pasla menjadi bintang dalam duel ini dengan aksi gemilangnya di bawah mistar menghalau serangan – serangan para pemain Persija Jr. Karena hari sudah jelang gelap dan Stadion Menteng tidak memiliki penerangan yang layak akhirnya diputuskan PSMS dan Persija menjadi Juara Bersama dengan ketentuan 6 bulan pertama piala diboyong ke Medan dan 6 bulan selanjutnya piala diboyong ke Jakarta.

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...