Oleh : Indra Efendi Rangkuti.
Ketika Belanda Meninggalkan Total Football Di Piala Dunia 2010

Pelatih Bert Van Marwijk dan skuad Timnas Belanda di Piala Dunia 2010
GIMIC.ID, MEDAN - Timnas Indonesia U17 yang diasuh oleh Nova Arianto sukses mencatat sejarah dengan lolos ke Piala Dunia U17 yang akan berlangsung 3–27 November 2025 di Qatar.Ini merupakan kali pertama Indonesia lolos ke Piala Dunia U17 melalui jalur kualifikasi.
Timnas U17 tampil gemilang menjuarai Grup C Piala Asia U17 setelah menaklukkan Korea Selatam 1-0,Yaman 4-1 dan Afganistan 2-0.Tetapi muncul pro dan kontra dalam menyikapi kelolosan Timnas U17 ini
Gaya permainan yang diterapkan oleh Nova Arianto yang mirip seperti taktik yang dulu diterapkan Shin Tae Yong kala melatih Timnas Indonesia dinilai tidak menarik dan terlalu bertahan.Bahkan ada yang menilai persaingan untuk lolos Piala Dunia U17 di masa lalu lebih sulit dari sekarang Tetapi bagi sebagian fihak kelolosan Indonesia ke Piala Dunia U17 ini adalah sebuah prestasi besar tanpa memandang pola dan gaya permainan yang diterapkan pelatih.Sepanjang hasilnya positif tidak masalah taktik apapun yang diterapkan pelatih karena pelatihlah yang tahu kemampuan dan kompetensi yang dimiliki anak - anak asuhnya dalam menghadapi tim - tim yang akan dihadapinya.
Hal ini mengingatkan saya terhadap penampilan Timnas Belanda di Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan.
Timnas Belanda di Piala Dunia 2010 tampil dengan paradigma baru di bawah asuhan pelatih Bert Van Marwijk.Van Marwijk berani meninggalkan pola permainan khas "Total Football" yang menjadi ciri khas Belanda sejak era Johan Cruyff.
Permainan indah dengan seni dan skill tingkat tinggi yang menghibur ini begitu melekat pada permainan yang diterapkan oleh Timnas Belanda.Pola Total Football ini pula yang membawa Ajax Amsterdam menjadi Juara Champions Cup 1971,1972 dan 1973.
Konsep dan strategi Total Football diciptakan Rinus Michels dan mengguncang dunia di Piala Dunia Jerman 1974, saat Michels tampil sebagai arsitek tim.Sebelumnya ketika melatih Ajax taktik ini juga diterapkan oleh Michels.
Bersama sejumlah pemain yang tak kalah tenarnya saat itu seperti Johan Cruyff, Johan Neeskens, Ruud Krol,Arie Haan,Wim Van Hannegem dan Johnny Rep, mereka mempertontonkan sepakbola paling menawan dibanding tim lain. Namun strategi ini kalah 1-2 melawan Jerman Barat di babak final.
Michels menurunkan 11 pemain yang sama tiap pertandingan. Termasuk saat mengalahkan juara bertahan Brasil di Semifinal. Kecuali pertandingan grup melawan Swedia, ketika memasukkan Piet Keizer menggantikan posisi Rob Rensenbrink.
Strategi Total Football-nya kembali berjaya saat trio Marco Van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard menyabet gelar Juara Euro 1988 dibawah asuhan Rinus Michels sebagai pelatih. Berkat ramuannya ini, FIFA menganugerahi Michels gelar Pelatih Terbaik Abad 20, pada 1999 lalu. Motonya yang terkenal, sepekbola adalah perang.
Belakangan ketika Johan Cruyff melatih Barcelona pada 1988 pola ini dimodifikasi oleh Cruyff dan dikenal dengan pola "Tiki Taka" yang menjadi identitas Barcelona hingga kini.
Selama Piala Dunia 2010, Belanda menampilkan permainan pragmatis ketimbang permainan indah nan mematikan khas total football.
''Masa Total Football itu sudah dahulu sekali. Jika anda bermain seperti itu sangat sulit untuk merebut Piala Dunia,'' kata Van Marwijk.
"Total Football itu dulu tahun 1974. Kami bisa bermain bola sangat bagus selama 20 atau 30 tahun. Itu Total Football, dan saya juga mengingat sepakbola samba Brasil,'' katanya.
''Namun, olah raga berubah, dan sepak bola juga berubah. Ini terkait dengan fakta bahwa semua orang lebih fit, lebih terorganisir,'' ujarnya.
Van Marwijk tidak minta maaf karena telah membatasi filosofi menyerang yang menjadi tradisi permainan Belanda. Ini mengingat pada awal menjabat pelatih Belanda dia sudah pernah bertekad bahwa dia akan membuat tim Oranye lebih pragmatis.
Gaya itu mendapat kritikan dari legenda Belanda, Johan Cruyff, yang menginginkan agar Belanda tidak hanya mementingkan hasil akhir.Cruyff menilai taktik Van Marwijk telah membuat Belanda kehilangan identitasnya.
Cruyff bahkan menilai Spanyol yang dilatih oleh Vicente Del Bosque yang justru mampu menerapkan Total football dengan cukup baik selama Piala Dunia 2010 tersebut.
Kebetulan Spanyol diperkuat 6 pemain Barcelona saat itu seperti : Carlos Puyol,Andres Iniesta,Gerard Pique,Xavi Hernandez,Sergio Busquets dan Victor Valdes.Ditambah Francesc Fabregas yang asli binaan akademi Barcelona makin lengkaplah warna Total Football alias Tiki Taka di skuad Spanyol saat itu.
Namun dengan pola pragmatis itu Belanda berhasil secara mulus melaju ke Final Piala Dunia 2010 menghadapi Spanyol.Prestasi ini merupakan momen bersejarah karena terakhir kali Belanda melaju ke Final Piala Dunia terjadi pada Piala Dunia 1978 di Argentina.
Hal ini menimbulkan dilema bagi pecinta sepakbola Belanda.Di satu sisi Van Marwijk dikritik karena membuat Belanda tampil tidak menarik dan monoton namun di sisi lain Van Marwijk mampu menyamai prestasi Rinus Michels dan Ernst Happel yang sukses membawa Belanda lolos ke Final Piala Dunia.
Sayang walau sudah bermain dengan pragmatis,Van Marwijk tetap gagal membawa Belanda menjadi Juara.Belanda takluk 0-1 dari Spanyol di Final.
Yang menarik Belanda takluk dari Spanyol yang menerapkan pola permainan Total Football yang justru "dilupakan" oleh Belanda.Belanda justru dikecam karena memainkan permainan keras menjurus kasar di laga final tersebut.
Spanyol yang didominasi pemain Barcelona yang terbiasa bermain dengan pola "Total Football" atau "Tiki Taka" dalam permainan mereka memang dipuji karena permainan mereka dengan permainan atraktif dan menghibur.
Leo Beenhakker dan Guus Hiddink pelatih yang pernah menangani Belanda di Piala Dunia 1990 dan 1998 dihubungi para media dan diminta pendapatnya atas fenomena penampilan Belanda tersebut.
Leo Beenhakker yang hanya mampu membawa Belanda lolos ke 16 Besar di Piala Dunia 1990 menjawab : "Van Marwijk lebih baik dari saya sebagai pelatih di Piala Dunia"
Guus Hiddink yang membawa Belanda lolos ke Semifinal Piala Dunia 1998 menjawab : "Tak pantas saya mengomentari Van Marwijk karena dia membawa Belanda mencapai Final sedangkan saya hanya sampai Semifinal.Bagaimana mungkin saya menilai seseorang yang prestasinya tak mampu saya raih"
Banyak fihak yang memuji sikap Hiddink dan Beenhakker yang bisa dengan objektif menilai prestasi Van Marwijk tanpa memandang negatif terhadap taktik permainan yang diterapkan oleh Van Marwijk.
Legenda Timnas Belanda yang menjadi Kapten Tim Belanda di Piala Dunia 1990 berkata : "Hanya 3 pelatih yang mampu membawa Belanda lolos ke Final Piala Dunia yaitu Rinus Michels,Ernst Happel dan Bert Van Marwijk.Hanya 3 kapten yang mampu memimpin skuad Belanda hingga Final Piala Dunia yaitu Johan Cruyff,Ruud Krol dan Giovanni Van Bronckhorst dan saya menaruh respek kepada mereka"
"Setiap pelatih punya taktik dan strategi sendiri dan itu harus dihargai.Saya tidak berhak menilai taktik yang diterapkan Van Marwijk karena saya tahu setiap pelatih pasti tahu taktik apa yang terbaik untuk tim yang dilatihnya" ujar Gullit.
Dan memang terbukti ketika Van Marwijk dan Timnas Belanda pulang ke Belanda tetap disambut meriah oleh masyarakat.
Kepulangan para pemain Belanda tetap disambut serangkaian acara untuk menghargai kerja keras mereka. Giovanni van Bronckhorst dkk langsung dijamu Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende di kediaman resminya di Den Haag, di mana ruangan dan taman sang empunya rumah sudah disarati warna oranye.
"Belanda tetap bangga dengan Oranje," kata Balkenende yang juga mengenakan dasi warna oranye saat itu.
Selanjutnya, Van Marwijk selaku pelatih dan Van Bronckhorst sebagai kapten menerima penganugerahan medali yang disematkan oleh Menteri Olahraga Ab Klink. Medali ini menandai pengangkatan mereka sebagai bangsawan kehormatan dengan titel Knights in the Order of Orange-Nassau yang merupakan penganugerahan dari Ratu Beatrix.
Van Marwijk dan anak asuhnya juga dijamu secara khusus oleh Ratu Beatrix di Istana Kerajaan di Amsterdam.
Setelah itu Van Marwijk dan seluruh skuad Timnas Belanda diarak dengan menaiki perahu dalam parade penyambutan di kanal Amsterdam yang disambut meriah oleh ratusan ribu fans Timnas Belanda.
Bintang Timnas Belanda Arjen Robben merasa terharu atas sambutan itu."Spanyol mengalahkan kami di Final tapi kami tetap disambut meriah dan antusias bak pahlawan.Luar biasa kami memiliki suporter yang luar biasa seperti ini" ungkap Robben.
Van Bronckhorsrt sebagai kapten tim mengakui jika Cruyff yang kecewa maka seluruh skuad memaklumi karena Cruyff adalah sosok besar dalam skuad Belanda."Tapi kami bersyukur Beenhakker,Hiddink dan Gullit bisa menerima permainan kami.Demikian juga dengan pemerintah dan suporter Timnas Belanda yang menyambut kepulangan kami dengan luar biasa" ujarnya.
Dan sejarah mencatat untuk pertama kalinya Total Football berjaya di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.Dan yang membuat Total Football berjaya adalah Spanyol.
Sebuah sikap yang luar biasa dari suporter Timnas Belanda dalam menyikapi keberhasilan Timnas Belanda berlaga di Final Piala Dunia setelah 32 tahun walau tanpa permainan khasTotal Football.
Komentar