Truk Kayu Gelondongan Masih Beroperasi Pascabencana, Mapel Indonesia Soroti Dugaan Kerusakan Hutan di Aceh
Ketua Umum Mapel Indonesia soroti truk bermuatan kayu gelondongan yang masih beroperasi di wilayah Aceh Tamiang, di tengah proses pemulihan pascabanjir bandang dan tanah longsor, Desember 2025. Aktivitas pengangkutan kayu tersebut menuai sorotan karena diduga berkaitan dengan kerusakan hutan di hulu sungai.
GIMIC.ID, ACEH TAMIANG – Pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh pada awal Desember 2025, aktivitas truk-truk pengangkut kayu gelondongan masih terpantau melintas di jalan umum, meski kondisi daerah terdampak belum sepenuhnya pulih.
Pantauan wartawan Gimic.id di lapangan menunjukkan sejumlah truk bermuatan kayu berukuran besar tetap beroperasi di tengah proses pemulihan pascabanjir, khususnya di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Kondisi ini memicu kemarahan dan keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk organisasi pemerhati lingkungan.
Ketua Umum Masyarakat Pelestari Lingkungan (Mapel) Indonesia, M. Yusuf Hanafi Sinaga, menilai aktivitas tersebut sangat ironis dan melukai rasa keadilan masyarakat yang masih berjuang membersihkan sisa lumpur, kayu, dan puing-puing banjir dari rumah serta fasilitas umum.
“Banjir bandang kemarin membawa material kayu dalam jumlah sangat besar. Ini indikasi kuat kerusakan hutan parah di hulu sungai. Namun ironisnya, truk-truk kayu justru masih bebas melintas,” tegas Yusuf, Selasa (23/12/2025).
Ia menyebutkan, kayu yang diangkut sebagian truk berdiameter hingga 1,5 meter, menandakan pohon-pohon tua yang membutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk tumbuh. Fakta tersebut memunculkan dugaan kuat adanya pembalakan liar atau praktik pengelolaan hutan yang tidak berkelanjutan.
Padahal, Pemerintah Aceh sebelumnya telah melarang sementara pengangkutan kayu dari lokasi terdampak banjir, karena material tersebut dinilai dapat menjadi barang bukti penting terkait dugaan pelanggaran kehutanan.
“Kayu-kayu itu seharusnya diamankan untuk kepentingan penyelidikan, bukan justru diangkut keluar. Aparat penegak hukum harus segera turun tangan,” lanjutnya.
Hingga saat ini, sebagian besar wilayah terdampak banjir di Aceh Tamiang masih berada dalam tahap pemulihan. Warga bergotong royong membersihkan rumah, masjid, sekolah, dan fasilitas umum dari lumpur serta tumpukan kayu. Akses jalan dan jaringan listrik memang mulai berangsur pulih, namun persoalan mendesak yang masih dihadapi masyarakat adalah ketersediaan air bersih.
“Kami masih kesulitan air bersih. Sumur tercemar lumpur dan sungai belum layak digunakan,” ungkap salah satu warga terdampak.
Mapel Indonesia mendesak Pemerintah Aceh, aparat kepolisian, dan instansi kehutanan untuk segera mengusut tuntas aktivitas truk kayu tersebut, serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan hutan di wilayah hulu sungai guna mencegah bencana serupa terulang di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)