Bencana Banjir Tanjung Pura: MTsN 1 Langkat Jadi Ruang Pengungsian Harmonis di Tengah Derita
Sejumlah warga terdampak banjir di Kecamatan Tanjung Pura beristirahat di ruang kelas MTsN 1 Langkat yang dijadikan lokasi pengungsian sementara. Ruang belajar disulap menjadi tempat aman bagi keluarga dari berbagai latar belakang untuk saling mendukung di tengah bencana.
GIMIC.ID, LANGKAT — Banjir yang melanda Kecamatan Tanjung Pura dalam beberapa hari terakhir memaksa ribuan warga meninggalkan rumah mereka. Luapan air sungai yang tak kunjung surut membuat banyak keluarga kehilangan tempat tinggal sementara dan harus mengungsi ke lokasi-lokasi aman yang telah disiapkan. Di tengah kesulitan tersebut, semangat kebersamaan masyarakat kembali diuji sekaligus menunjukkan kekuatan nilai-nilai kemanusiaan yang melekat kuat dalam kehidupan sosial.
Salah satu titik pengungsian terbesar berada di MTsN 1 Langkat, Dusun Tiga, Desa Pekubuan. Ruang-ruang kelas yang biasanya menjadi pusat kegiatan belajar mengajar kini berubah menjadi tempat istirahat bagi puluhan kepala keluarga. Meski serba terbatas, madrasah tersebut menjadi harapan bagi warga terdampak untuk mendapatkan perlindungan, kenyamanan, serta dukungan moral.
Yang menarik, Dusun Tiga Desa Pekubuan dikenal sebagai kawasan yang sangat heterogen, dihuni oleh masyarakat dari beragam suku dan agama. Keragaman ini juga terlihat jelas di lokasi pengungsian. Alih-alih menimbulkan sekat sosial, keberagaman justru menjadi kekuatan untuk saling mendukung, menjaga, dan menguatkan satu sama lain.
Salah satunya dirasakan oleh Netty Christina, warga yang mengungsi bersama keluarganya ke MTsN 1 Langkat. Netty mengaku tersentuh dengan sambutan hangat dari masyarakat maupun pihak madrasah, meski ia memiliki keyakinan berbeda dengan mayoritas pengungsi lainnya.
“Kami diterima dengan sangat baik. Tidak ada perbedaan,” ujar Netty, Senin (8/12/2025).
Netty menempati satu ruang kelas bersama empat keluarga lain dengan latar belakang agama berbeda. Selama mengungsi, ia merasakan suasana penuh kekeluargaan. Para pengungsi saling membantu menyiapkan makanan, menjaga anak-anak, hingga saling menguatkan dalam situasi sulit ini.
Menurutnya, pengalaman ini menjadi bukti kuat bahwa kemanusiaan selalu berdiri di atas segala perbedaan.
“Kami semua merasakan hal yang sama. Banjir tidak memilih siapa korbannya, dan kami pun tidak boleh memilih siapa yang akan kami bantu,” tambahnya.
Pihak MTsN 1 Langkat sendiri memastikan seluruh pengungsi dilayani tanpa pembedaan. Madrasah menyediakan logistik, ruang istirahat, hingga pelayanan kesehatan sederhana secara merata kepada semua warga yang membutuhkan. Upaya ini dilakukan sebagai komitmen untuk menghadirkan rasa aman di tengah bencana.
Kisah Netty dan para pengungsi lainnya menjadi cermin nyata bahwa Indonesia memiliki fondasi sosial yang kokoh melalui keberagaman. MTsN 1 Langkat tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai ruang lahirnya praktik toleransi, inklusivitas, dan persaudaraan. Dalam masa sulit ketika banjir merenggut kenyamanan banyak keluarga, nilai-nilai kerukunan itulah yang menjadi cahaya harapan bagi semua.
breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)

Komentar