1. Beranda
  2. Daerah
  3. Peristiwa
  4. Sosial

Penghulu KUA Pantai Cermin Terjang Banjir Demi Menikahkan Warga: “Amanah Harus Tetap Ditunaikan”

Oleh ,

Penghulu KUA Pantai Cermin dan Penyuluh Agama Islam menerjang banjir dengan sepeda motor saat menuju lokasi akad nikah di Dusun IV Pantai Cermin Kiri.

GIMIC.ID, PANTAI CERMIN — Dengan penuh dedikasi dan keberanian, Muhammad Ratim, S.Pd.I, Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Pantai Cermin, kembali menunjukkan bahwa pelayanan umat tidak mengenal batas, rintangan, maupun keadaan alam. Pada Jumat pagi (28/11/2025), Ratim bersama Penyuluh Agama Islam, Sahri, S.Sy, harus menembus banjir untuk melangsungkan akad nikah calon pengantin di Dusun IV Desa Pantai Cermin Kiri.

Hujan deras yang mengguyur wilayah itu selama empat hari sebelumnya menyebabkan banjir merendam hampir seluruh desa. Tinggi genangan bervariasi, dari setinggi betis hingga mencapai pinggang orang dewasa. Namun kondisi tersebut tidak menjadi alasan bagi Ratim untuk menunda pelaksanaan akad nikah yang telah lama dinantikan dua mempelai.

Dengan mengendarai sepeda motor, Ratim dan Sahri memulai perjalanan menuju lokasi akad. Namun semakin jauh memasuki wilayah desa, ketinggian air semakin meningkat. Sepeda motor yang mereka tumpangi beberapa kali hampir mati karena terendam. Melihat situasi semakin berbahaya, warga yang berada di lokasi menyarankan agar perjalanan tidak dilanjutkan menggunakan sepeda motor.

Warga kemudian menawarkan bantuan berupa becak motor untuk melanjutkan perjalanan. Dengan sigap, masyarakat mengangkat sepeda motor milik Ratim ke atas becak agar tidak terendam air. Ratim dipersilakan duduk di kursi pengemudi, sementara Sahri menjaga map berisi dokumen akad nikah dari percikan air. Pemandangan itu menjadi bukti nyata bahwa nilai gotong royong masih hidup kuat di tengah masyarakat Pantai Cermin.

Perjalanan dilanjutkan menggunakan becak yang didorong oleh beberapa warga. Tingginya genangan dan derasnya arus membuat pergerakan becak menjadi berat. Namun berkat kekompakan warga yang bahu-membahu, becak tersebut perlahan berhasil melewati titik banjir yang paling dalam.

Meski pakaian basah dan tubuh mulai lelah, Ratim tetap memeluk erat tas berisi berkas-berkas akad nikah. Menurutnya, menjaga dokumen tetap kering adalah bagian dari menjaga kekhidmatan prosesi akad itu sendiri. Dedikasi ini membuat warga yang membantu semakin terharu, melihat komitmen penghulunya dalam melaksanakan tugas pelayanan.

Sesampainya di rumah calon pengantin, rasa haru menyelimuti keluarga. Mereka tidak menyangka perjalanan berat harus ditempuh demi memastikan akad nikah dapat berlangsung tepat waktu. Prosesi pun berjalan dengan hikmat, diiringi rasa syukur dan kebahagiaan dari kedua mempelai serta keluarga besar.

Kisah perjuangan Muhammad Ratim hari itu kembali mengingatkan bahwa pelayanan keagamaan bukan sekadar tugas administrasi. Ini adalah pengabdian yang mengedepankan ketulusan, keberanian, dan akhlak mulia. Di tengah banjir yang merendam dusun, sang penghulu tetap hadir sebagai penuntun dalam momen sakral dua insan yang akan membangun rumah tangga.

Dedikasi tersebut layak menjadi inspirasi bagi siapa pun yang mengemban amanah pelayanan publik — bahwa tugas kemanusiaan tetap harus berjalan, apa pun rintangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id

(G-H2)