Universitas Pertamina Dorong Transformasi Industri Hijau Lewat GCIE 2025
Para narasumber berbagi pandangan dalam acara Industrial Gathering bertema “Empowering Future Talent: Academia–Industry Collaboration in the Era of Disruption” yang diselenggarakan oleh Universitas Pertamina melalui Career Development Center di Jakarta.
GIMIC.ID, JAKARTA — Dalam upaya mewujudkan ekonomi hijau dan target Net Zero Emission 2060, Indonesia dihadapkan pada tantangan menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan pengurangan emisi karbon. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sektor industri berkontribusi sebesar 18,67% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun menurut laporan International Energy Agency (IEA, 2024), sektor ini juga menyumbang 36% emisi karbon nasional dan lebih dari 60% limbah B3 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2025).
Kondisi tersebut menunjukkan urgensi penerapan praktik industri hijau untuk menekan emisi tanpa mengorbankan produktivitas dan daya saing nasional.
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Pertamina (UPER) melalui Global GreenChem Innovation and Network Programme (GGINP) menyelenggarakan Green Chemistry for Industrial Excellence (GCIE) 2025, sebuah langkah konkret memperkuat praktik industri hijau dan inovasi berkelanjutan. Kegiatan ini menjadi ruang kolaboratif antara pelaku industri, pemerintah, dan akademisi untuk mempercepat penerapan green chemistry, efisiensi sumber daya, serta teknologi rendah karbon.
Rektor Universitas Pertamina, Prof. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU., menyampaikan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen universitas dalam menghadirkan solusi nyata bagi transformasi industri menuju ekonomi hijau.
“Universitas tidak hanya menjadi pusat pengajaran, tetapi juga penggerak solusi berkelanjutan. Melalui GCIE 2025, kami memperkuat kolaborasi lintas sektor agar inovasi hijau benar-benar terimplementasi dalam skala industri,” ujarnya.
Komitmen terhadap transformasi industri hijau juga ditegaskan oleh Dr. Sri Bimo Pratomo, S.T., M.Eng., Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian.
“Transformasi industri berkelanjutan kini menjadi urgensi nasional untuk mendukung target pembangunan berkelanjutan. GGINP bukan sekadar forum pertukaran teknologi, tetapi langkah strategis untuk menjadikan industri nasional lebih bertanggung jawab, tangguh, dan kompetitif di tingkat global,” jelasnya.
Sementara itu, Erik Teguh Primiantoro, S.Hut., M.E.S., Staf Ahli Bidang Diplomasi Lingkungan KLHK, menambahkan bahwa prinsip kimia hijau mampu mereformasi proses produksi agar lebih efisien dan inklusif.
“Penerapan kimia hijau mencakup efisiensi sumber daya alam, pengelolaan limbah yang tepat, dan peningkatan nilai ekonomi industri. Pendekatan ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga menguntungkan,” tegas Erik.
Laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO, 2023) menyebutkan bahwa penerapan prinsip kimia hijau dapat menurunkan konsumsi energi hingga 30% dan emisi karbon hingga 40%. Sementara World Bank (2023) dalam Green Industry and Circular Economy Outlook mencatat bahwa industri yang mengadopsi prinsip tersebut mengalami peningkatan Return on Investment (ROI) sebesar 10–20% dalam tiga hingga lima tahun.
Temuan ini memperkuat pandangan bahwa keberlanjutan bukan sekadar isu lingkungan, melainkan juga strategi bisnis jangka panjang yang menguntungkan.
Kegiatan GCIE 2025 diikuti lebih dari 50 peserta lintas sektor, termasuk pelaku industri, pemerintah, akademisi, serta pegiat lingkungan. Forum ini juga memperkuat jejaring internasional melalui kolaborasi dengan Yale University (Amerika Serikat) dan UNIDO dalam pengembangan riset serta implementasi kimia hijau di Indonesia.
Salah satu peserta dari industri kimia menyampaikan bahwa kegiatan ini membuka wawasan baru mengenai efisiensi bahan baku dan pengurangan limbah melalui pendekatan sains hijau yang inovatif.
Sebagai perguruan tinggi yang berlokasi di jantung kawasan industri, Universitas Pertamina berkomitmen memperluas penerapan prinsip kimia hijau melalui berbagai program Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah GreenLink Demo Day: Greenovate Accelerator, yang akan diluncurkan pada 25 Oktober 2025.
“Program ini menjadi wadah inkubasi bisnis berbasis inovasi berkelanjutan dan membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa, dosen, serta mitra industri. Kami juga bekerja sama dengan UNIDO, Yale University, dan Kementerian Perindustrian untuk memastikan pendampingan yang optimal,” tutup Prof. Wawan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Universitas Pertamina menegaskan posisinya sebagai pelopor pendidikan dan inovasi hijau di Indonesia, sekaligus motor penggerak transformasi industri menuju masa depan yang berkelanjutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)