Program “Martabe Cocoa” Hidupkan Kembali Komoditas Kakao Unggulan Tapsel
Senior Manager Community PT Agincourt Resources, Christine Pepah, bersama masyarakat petani menanam bibit kakao dalam program Martabe Cocoa di Desa Huta Godang, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kamis (16/10/2025).
GIMIC.ID, TAPANULI SELATAN — PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya. Melalui program “Martabe Cocoa”, PTAR melakukan penanaman 10.000 bibit kakao di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara.
Program ini menjadi bagian dari upaya mendukung ketahanan ekonomi masyarakat sekaligus menghidupkan kembali kejayaan komoditas kakao yang pernah menjadi unggulan di kawasan Batang Toru dan Muara Batang Toru.
“Soalnya, wilayah ini sangat cocok untuk kakao. Dulu produksinya besar, maka itu kami ingin membangkitkannya lagi,” ujar Senior Manager Community PTAR, Christine Pepah, saat penyerahan bibit kakao secara simbolis kepada petani di Desa Huta Godang, Kecamatan Batang Toru, Kamis (16/10/2025).
Christine menyebutkan, program penanaman ini merupakan langkah awal untuk membangun kembali ekosistem kakao yang berdaya saing tinggi di Tapanuli Selatan. Selain menyerahkan 10.000 bibit, PTAR juga menyiapkan lahan di Desa Napa sebagai pusat pembibitan dan lokasi pembangunan rumah cokelat (chocolate house) yang akan menjadi pusat kegiatan hilirisasi kakao.
Christine menegaskan bahwa keberhasilan program ini tidak dapat dicapai sendiri, melainkan membutuhkan sinergitas antara perusahaan, pemerintah daerah, dan partisipasi aktif petani.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Ini harus dilakukan bersama. Sinergi dan komitmen bersama inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan Martabe Cocoa,” jelasnya.
Sementara itu, Superintendent Local Economic Development PTAR, Yandi Khrisna, menambahkan bahwa PTAR tidak hanya menyalurkan bibit, tetapi juga menghadirkan tenaga ahli pertanian untuk mendampingi petani dalam setiap tahap — mulai dari pembibitan, pemupukan, perawatan, penanganan hama dan penyakit, hingga pasca panen.
“Kami juga memberikan bibit varietas unggul TSH 50 dan 55 yang memiliki produktivitas tinggi, mencapai 2 ton per hektar per tahun, serta tahan terhadap hama dan penyakit,” ujar Yandi.
“Tujuannya agar petani memperoleh keterampilan dan kompetensi dalam penanganan tanaman kakao secara berkelanjutan,” tambahnya.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tapanuli Selatan, Yeni Lubis, yang hadir mewakili Plt Kadis Pertanian, menyambut baik inisiatif PTAR. Ia menegaskan, kakao pernah menjadi komoditas unggulan di wilayah Marancar dan Sayur Matinggi, dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan kembali.
“Inilah saatnya mengangkat kembali cokelat sebagai produk unggulan daerah melalui kolaborasi antara pemerintah dan PTAR,” kata Yeni.
Hal senada disampaikan Camat Batang Toru, Mara Tinggi, yang menyambut positif rencana penanaman kakao tersebut.
“Kami berharap pengembangan ini tidak berhenti pada produksi biji kakao saja, tetapi juga meluas ke produk turunan seperti cokelat olahan,” ujarnya.
“Batang Toru selama ini dikenal dengan tahunya. Kami berharap ke depan juga dikenal dengan produk cokelatnya,” tambah Mara.
Untuk memastikan keberlanjutan program, PTAR bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tapsel dan kelompok tani lokal untuk pelatihan teknik penyambungan bibit (stek).
Yandi menuturkan, pihaknya juga akan mendatangkan 44.000 entrees (stek bibit) klon kakao unggul dari Jember untuk tahap lanjutan. Namun karena daya tahan bibit hanya 3 hari, petani perlu dilatih agar mampu melakukan sambung samping secara mandiri.
“Kami akan melatih petani agar memiliki kemampuan membuat sambung samping. Jadi tidak bergantung pada bibit dari luar,” ungkap Yandi.
Program “Martabe Cocoa” menjadi bagian dari komitmen PTAR dalam mendukung ekonomi hijau dan pengembangan masyarakat pasca-tambang. Diharapkan, pengembangan kakao di Batang Toru dan sekitarnya mampu menjadi tumpuan ekonomi baru bagi masyarakat lokal saat aktivitas tambang tidak lagi beroperasi.
“Kami ingin ketika PTAR sudah tidak lagi beroperasi, masyarakat Batang Toru tetap memiliki sumber penghidupan yang kuat melalui sektor pertanian berkelanjutan,” tutup Christine Pepah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)