Mahasiswa PMII Medan Kecam Tayangan “Xpose Uncensored” Trans7: Lecehkan Kiai dan Pesantren Lirboyo

Calon Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Medan Masa Khidmat 2025–2026, Abdul Fikri Ginting, menyuarakan kecaman terhadap tayangan program “Xpose Uncensored” Trans7 yang dinilai melecehkan Kiai dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
GIMIC.ID, MEDAN — Kontroversi tayangan program “Xpose Uncensored” di Trans7 yang dinilai melecehkan Kiai sepuh serta Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, terus menuai kecaman luas dari berbagai kalangan di seluruh Indonesia. Di Medan, suara penolakan datang dari mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Abdul Fikri Ginting, Calon Ketua Cabang PMII Kota Medan Masa Khidmat 2025–2026, menyatakan bahwa tagar #BoikotTrans7 yang ramai di media sosial merupakan bentuk perlawanan moral terhadap upaya pembentukan narasi negatif oleh media terhadap simbol-simbol keagamaan.
“Apa yang terjadi dengan tayangan Trans7 mengenai Lirboyo dan Kiai adalah cermin betapa dangkalnya pemahaman sebagian pihak media terhadap kearifan lokal dan budaya pesantren,” ujar Fikri Ginting di Medan, Kamis (16/10/2025).
Ia menilai, narasi dalam tayangan tersebut telah merendahkan nilai-nilai adab dan tradisi pesantren.
“Narasi yang seolah menjelekkan praktik penghormatan santri kepada Kiai, bahkan mengaitkannya dengan kekayaan secara tendensius, adalah pelecehan terhadap adab dan martabat seluruh pesantren di Indonesia,” tegasnya.
Sebagai tokoh mahasiswa yang dikenal kritis, Fikri mendesak pihak Trans7 untuk tidak hanya menyampaikan permintaan maaf, tetapi juga melakukan reformasi total terhadap kebijakan redaksi dan arah konten program mereka.
“PMII Kota Medan mendukung penuh sikap tegas yang diambil oleh keluarga besar pesantren. Kehormatan Kiai dan pesantren adalah harga mati bagi warga Nahdliyin dan umat Islam. Kami menuntut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan sanksi tegas dan permanen agar kejadian seperti ini tidak terulang,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Fikri menegaskan bahwa kasus ini harus menjadi pelajaran penting bagi seluruh industri penyiaran nasional agar lebih berhati-hati dalam mengangkat isu yang berkaitan dengan lembaga keagamaan dan tokoh masyarakat.
“Media seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa, bukan justru menjadi alat yang menodai kehormatan ulama dan lembaga pendidikan agama,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-Kael)
Komentar