ISMI Gelar Dialog Kebangsaan Seri-2, Angkat Budaya Maritim Pantai Timur Sumatera dan Keberlanjutan Selat Malaka

Dialog Kebangsaan Seri-2 ISMI di Medan bahas budaya maritim Pantai Timur Sumatera dan keberlanjutan Selat Malaka, dihadiri pakar dan tokoh Melayu.

GIMIC.ID, MEDAN – Dalam rangka memperingati Hari Maritim Sedunia yang jatuh pada 25 September, Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (ISMI) sukses menyelenggarakan Dialog Kebangsaan Seri-2 pada Rabu (1/10/2025) di Sekretariat PB ISMI, Jalan Pepaya, Medan. Forum akademik ini mengangkat tema “Budaya Maritim Pantai Timur Sumatera dan Keberlanjutan Laut Selat Malaka”, selaras dengan tagline International Maritime Organization (IMO): “Our Ocean, Our Obligation, Our Opportunity”.

Tema global tersebut menegaskan bahwa laut adalah entitas vital yang membutuhkan tanggung jawab kolektif sekaligus menawarkan potensi besar bagi pembangunan.

Ketua Umum PB ISMI, Nizhamul, SE., MM., dalam sambutannya menekankan pentingnya menyoroti dampak isu kelautan global terhadap komunitas tradisional di Selat Malaka. Ia menyebut hal ini sebagai bagian dari “Our Obligation” atau kewajiban kita untuk menjaga harmoni budaya maritim Melayu dan Islam, sekaligus mendorong pengelolaan laut yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Narasumber utama, pakar maritim nasional asal Natuna Rodhial Huda (Wak Yal), menyampaikan data strategis bahwa sekitar 71% hingga 75% wilayah Indonesia merupakan lautan dengan luas mencapai 5,8–6,4 juta kilometer persegi. Wilayah ini mencakup perairan teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), hingga perairan pedalaman.

“Laut adalah kekayaan nasional yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, namun tetap dengan syarat mutlak menjaga ekosistem laut. Itulah Our Opportunity,” tegasnya.

Wak Yal juga mengingatkan kembali sejarah hukum laut Nusantara, mulai dari Undang-Undang Laut Melaka abad ke-15, Amanna Gappa 1676, hingga Deklarasi Djuanda 1957 dan pengesahan UNCLOS 1982 sebagai tonggak kedaulatan maritim Indonesia.

Dalam forum ini, Wak Yal bersama ISMI mendorong pengembangan pendidikan maritim (hukum, farmasi, penerbangan, perdagangan maritim) dan pembangunan infrastruktur maritim seperti bandar udara laut serta peningkatan kapal berbendera Merah Putih. Menurutnya, langkah ini penting untuk mewujudkan peluang kedaulatan maritim secara adil dan berkelanjutan.

Komitmen ini mendapat dukungan penuh dari Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin, Ph.D., Ketua Dewan Pakar ISMI, yang mendesak adanya seminar lanjutan guna merumuskan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah. Sementara itu, Dr. Ir. H. T. Erry Nuradi, M.Si., Ketua Dewan Penasihat ISMI, menekankan bahwa pemahaman maritim harus mencakup kesadaran menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan sebagai bagian dari “Our Obligation”.

Dialog ini dipandu oleh Tengku Ryo Rizqan, B.Mus.Ed., dan turut dihadiri tokoh Melayu baik secara luring maupun daring, di antaranya Dr. T. Erry Nuradi, Prof. Djohar Arifin, Dr. Syakyan Asmara, Dr. Cici Wardhayani (salah satu penggagas acara), Dtq Adil Haberham, serta perwakilan generasi muda dari Yayasan Pusaka Indonesia.

Forum ini memantik diskusi mendalam mengenai pentingnya maritim nusantara, khususnya budaya dan masyarakat adat Melayu pesisir. Dimensi kearifan lokal Melayu disebut sebagai inti dari keberlanjutan maritim di Selat Malaka, yang seharusnya terintegrasi dalam kebijakan nasional maupun global.

Wakil Ketua Umum (Koordinator Program) PB ISMI, Prof. Dr. Ir. Ilmi Abdullah, M.Sc., menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi mukaddimah bagi langkah konkret ISMI ke depan dalam memperkuat peran Indonesia sebagai bangsa pelaut sejati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id

(G-H2)

Komentar

Loading...