Bentrokan Warga Sihaporas dan Pekerja PT TPL Kembali Pecah, Puluhan Orang Terluka
“Sejumlah aktivis menggelar aksi demonstrasi menolak keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan menuntut perlindungan hak masyarakat adat di depan kantor pemerintahan, Jakarta.”
GIMIC.ID, SIMALUNGUN – Bentrokan kembali terjadi antara warga Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dengan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL), Senin (22/9/2025). Insiden ini dipicu sengketa lahan yang hingga kini belum terselesaikan.
Aktivis Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Tano Batak, Hengky Manalu, menyebut bentrokan terjadi ketika sekitar 150 pekerja TPL yang terdiri dari petugas keamanan dan buruh harian lepas mendatangi wilayah adat Sihaporas. Mereka datang dengan membawa potongan kayu, tameng, serta helm pelindung.
“Warga yang berjumlah sekitar 30 orang mencoba menghadang untuk berdiskusi, namun tidak dihiraukan. Terjadi aksi saling dorong yang berujung pada tindak kekerasan. Sejumlah warga Sihaporas mengalami luka akibat pukulan kayu dan lemparan batu,” ujar Hengky.
Menurut Hengky, jumlah pekerja TPL yang hadir kemudian bertambah hingga diperkirakan mencapai seribu orang. Massa disebut merusak sejumlah bangunan milik warga, termasuk posko perjuangan masyarakat adat Sihaporas dan lima gubuk petani yang hangus terbakar. Empat rumah warga juga mengalami kerusakan, serta satu mobil bak terbuka dan sepeda motor milik warga ikut terbakar.
“Sedikitnya 33 orang warga Sihaporas terluka, 18 di antaranya perempuan. Bahkan seorang anak penyandang disabilitas mengalami luka di bagian kepala,” tambah Hengky.
Versi PT Toba Pulp Lestari
Menanggapi hal tersebut, Corporate Communication Head PT TPL, Salomo Sihotang, membantah tuduhan bahwa karyawannya menyerang warga. Menurutnya, justru para pekerja yang diserang saat hendak menuju lokasi kerja.
“Sekelompok warga menghadang karyawan kami dengan memblokade jalan menggunakan kayu gelondongan, lalu melempari batu. Bahkan dua unit kendaraan operasional kami dibakar,” kata Salomo.
Ia menyebut enam karyawan TPL mengalami luka-luka, termasuk Rocky Tarihoran (Humas), tiga petugas keamanan bernama Saut Ronal, Edy Rahman, dan Markus, serta seorang anggota mitra bernama Nurmaini Situmeang. “Seluruh korban sudah dirawat di RSUD Parapat,” jelasnya.
Selain korban jiwa, TPL mengaku mengalami kerugian material akibat perusakan dua kendaraan operasional, yakni mobil patroli security Aek Nauli BK F 8711 HK dan mobil truk pemadam kebakaran perusahaan.
Akar Persoalan Sengketa Lahan
Hengky menegaskan bentrokan ini dipicu oleh klaim sepihak TPL atas lahan adat Sihaporas. Perusahaan menyebut wilayah tersebut masuk dalam konsesi yang akan ditanami pohon eucalyptus untuk bahan baku kertas, sementara warga menegaskan lahan tersebut telah dikelola secara turun-temurun sejak 1800-an.
Salomo menegaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan sudah sesuai izin resmi dari pemerintah. “Operasional dijalankan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1992 dan Keputusan Menteri LHK Nomor SK.1487/Men-LHK/Setjen/HPL.0/12/2021. Sosialisasi pun telah kami lakukan kepada pemangku kepentingan,” ujarnya.
Bentrok antara warga Sihaporas dan pekerja TPL bukan pertama kalinya terjadi. Konflik serupa pernah pecah pada 18 Juli 2022 dan berlanjut sejak awal 2025. Warga menilai konflik agraria ini tidak akan selesai tanpa pengakuan hak atas tanah adat.
“Lahan ini sudah kami kuasai secara turun-temurun selama 11 generasi. Kami akan tetap mempertahankannya,” ujar salah seorang warga, Jhonny Ambarita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)