Warga Binaan Lapas Nusakambangan Ubah Limbah PLTU Jadi Produk Bernilai Ekonomi
Pejabat Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan bersama jajaran PLN meninjau proses produksi paving block dari limbah FABA menggunakan mesin press di Lapas Nusakambangan, Cilacap.
GIMIC.ID, NUSAKAMBANGAN – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, terus bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan. Melalui program pengelolaan abu sisa pembakaran batu bara atau Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari PLTU Adipala, para warga binaan kini mampu menghasilkan produk konstruksi bernilai ekonomi tinggi.
FABA yang dulunya dianggap limbah tanpa manfaat, kini diolah menjadi batako, paving block, roaster, hingga buis beton. Program ini digagas melalui workshop FABA yang memanfaatkan lahan tidur di Pulau Nusakambangan, hasil kolaborasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) dengan PT PLN (Persero).
Transformasi ini sekaligus mengubah citra lapas dari sekadar tempat menjalani hukuman, menjadi ruang pembinaan yang memberi bekal keterampilan nyata agar warga binaan siap kembali ke masyarakat.
Salah satu warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, Kevin Ruben Rafael, mengaku bersyukur bisa mengikuti pelatihan tersebut.
"Ini sangat membantu kami karena menambah ilmu pengetahuan. Nanti, ketika kami keluar, ilmu ini bisa bermanfaat bagi kehidupan kami di masyarakat," ujarnya.
Senada dengan Kevin, warga binaan Lapas Nirbaya Nusakambangan, Listianto, menyebut program ini memberi harapan baru.
"Alhamdulillah, sekarang saya bisa ikut program ini. Saya ingin mandiri, saya ingin kembali ke masyarakat dengan menjadi yang lebih baik lagi," ungkapnya.
Menteri Imipas, Agus Andrianto, yang meninjau langsung workshop FABA, memberikan apresiasi atas keterlibatan PLN dalam program pemberdayaan ini.
"Program ini merupakan model pelatihan kerja yang sedang kami galakkan untuk mempersiapkan warga binaan agar siap kembali ke masyarakat," ujarnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan pemanfaatan FABA adalah wujud nyata ekonomi sirkuler yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang usaha.
"Kami bangga, warga binaan Lapas Nusakambangan berhasil memanfaatkan limbah menjadi komoditas produktif. Kegiatan ini menciptakan lapangan kerja, memberi dampak positif bagi masyarakat, serta menghasilkan produk berkualitas dengan harga kompetitif," katanya.
Saat ini, workshop FABA di Nusakambangan telah dilengkapi dua unit mesin yang mampu memproduksi hingga 2 juta paving block dan 1 juta batako setiap tahun. Bila kapasitas berjalan optimal dan produk dipasarkan, omzet yang dihasilkan diperkirakan mencapai Rp5,4 miliar per tahun.
Sebanyak 30 warga binaan kini aktif mengolah FABA menjadi produk konstruksi. PLN optimistis jumlah ini akan terus bertambah seiring pendampingan dan bimbingan berkelanjutan.
"Kami sangat terkesan dengan kemampuan warga binaan, kedisiplinan, dan etos kerja mereka. Produk yang dihasilkan berkualitas premium dan punya potensi besar di industri," tutur Darmawan.
Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa lapas dapat berfungsi lebih dari sekadar ruang hukuman, melainkan sebagai pusat pembinaan produktif yang berdaya guna.
"Ke depan, Nusakambangan akan menjadi percontohan nasional bagaimana sebuah lapas dapat berkembang menjadi episentrum kegiatan ekonomi sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat," pungkas Darmawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)