OJK Ungkap Perbankan Kucurkan Rp54,10 Triliun ke P2P Lending

Pendanaan dari perbankan ke sektor financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) terus menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, lebih dari separuh dana yang disalurkan ke industri tersebut kini berasal dari perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman, mengungkapkan bahwa per Juli 2025, porsi pendanaan dari sektor perbankan mencapai 63,90 persen.
“Outstanding pendanaan dari lender perbankan per Juli 2025 meningkat 40,09 persen year on year (yoy), mencapai Rp54,10 triliun atau sebesar 63,90 persen dari total outstanding pendanaan industri pindar,” jelas Agusman dalam keterangannya, Selasa (9/9/2025).
Menurutnya, peningkatan porsi tersebut sejalan dengan stimulus kebijakan dalam POJK 40/2024 yang mendorong kerja sama antara penyelenggara P2P lending dengan lembaga jasa keuangan (LJK) lainnya, termasuk perbankan.
Berdasarkan data OJK, industri P2P lending juga mencatatkan laba agregat sebesar Rp1,34 triliun per Juli 2025. Sementara itu, total penyaluran pinjaman tumbuh 22,01 persen secara tahunan menjadi Rp84,66 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan itu, rasio pendanaan macet (TWP90) per Juli 2025 tercatat stabil di level 2,75 persen. Namun, Agusman menegaskan perlunya langkah mitigasi risiko yang lebih kuat.
“Meskipun demikian, OJK terus mendorong industri pindar untuk melakukan langkah mitigasi risiko melalui pengawasan dan pembinaan kepada penyelenggara,” ujarnya.
Agusman mengungkapkan, saat ini masih terdapat 20 penyelenggara P2P lending dengan TWP90 di atas 5 persen, meski jumlah tersebut menurun satu penyelenggara dibandingkan posisi Juni 2025. Karena itu, ia meminta pelaku industri menyiapkan rencana aksi untuk menekan rasio kredit macet.
Di sisi lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai perbankan kini menjadi sumber pendanaan utama bagi industri P2P lending sebagai superlender.
“Banyak perbankan akhirnya juga berinvestasi melalui pinjaman daring sebagai superlender dan porsinya terus meningkat. Ini menjadi peluang bagi industri untuk memanfaatkan ketertarikan perbankan tersebut,” kata Nailul.
Ia menambahkan, porsi penyaluran perbankan melonjak signifikan dari 10,8 persen pada Januari 2021, menjadi 23,8 persen pada pertengahan 2022, lalu naik ke 57,1 persen pada Juli 2024, dan 61,7 persen pada Januari 2025.
Menurut Nailul, salah satu alasan kuat meningkatnya partisipasi perbankan adalah kehadiran innovative credit scoring yang sesuai dengan ketentuan perbankan. Faktor lain yang menarik adalah imbal hasil kompetitif sekitar 15–20 persen per tahun serta Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 25 persen pada periode 2020–2025, yang mencerminkan pertumbuhan jumlah rekening lender secara konsisten.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-H2)
Komentar