1. Beranda
  2. Pendidikan

UPER Gagas “Gerakan Kompos Mandiri” di Bogor, Hadirkan Inovasi Komposter Putar

Oleh ,

Dokumentasi: Penyerahan cinderamata dalam kegiatan PkM pada 25 Juli 2025

GIMIC.ID, BOGOR – Sampah rumah tangga masih menjadi tantangan besar dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Dari sekitar 70 juta ton timbulan sampah nasional per tahun, 62 persen di antaranya berupa sampah organik yang sebagian besar belum terkelola dengan baik. Di Kabupaten Bogor sendiri, timbulan sampah mencapai 2.766 ton per hari pada 2024, mencerminkan tingginya beban penanganan sampah di daerah tersebut.

Menjawab persoalan ini, tim dosen dan mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) menggagas program “Gerakan Kompos Mandiri Desa Barengkok” sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Melalui program ini, warga diperkenalkan pada pemilahan sampah organik dan anorganik, sekaligus inovasi “Komposter Putar”, sebuah alat pengolahan sampah organik yang mampu mengubah limbah rumah tangga menjadi pupuk kompos.

Ketua Tim PkM, Adhitya Ryan, menjelaskan bahwa Desa Barengkok dipilih karena masyarakatnya memiliki potensi besar untuk terlibat dalam gerakan peduli lingkungan, namun masih terbatas akses terhadap teknologi pengelolaan sampah yang praktis.

“Komposter ini kami rancang secara sederhana dan ergonomis agar bisa digunakan semua kalangan, termasuk ibu rumah tangga dan lansia. Dengan alat ini, warga diharapkan dapat mengelola sampah organik secara mandiri langsung dari rumah,” ujar Ryan.

Komposter putar dirancang menggunakan bahan lokal yang mudah diperoleh. Alat ini berbentuk tong berporos yang dipasang di atas rangka besi kokoh, dilengkapi dengan tuas pemutar untuk memudahkan proses pencampuran. Dibandingkan komposter statis, inovasi ini memiliki sejumlah keunggulan: lebih cepat menghasilkan kompos, lebih bersih, tertutup rapat untuk mengurangi bau, serta mencegah serangga masuk.

“Komposter putar mampu menghasilkan pupuk kompos hanya dalam 2 hingga 4 minggu—lebih singkat dibandingkan komposter statis yang umumnya membutuhkan 2 hingga 3 bulan. Percepatan ini terjadi karena sistem putar memungkinkan pencampuran bahan organik yang lebih merata serta sirkulasi udara optimal,” tambah Ryan.

Warga cukup memasukkan sampah organik seperti sisa makanan, daun kering, atau limbah dapur, lalu menambahkan bahan tambahan seperti sekam padi atau serbuk gergaji untuk menjaga keseimbangan nutrisi. Dalam waktu singkat, pupuk kompos dapat digunakan untuk kebun rumah, pertanian warga, bahkan berpotensi menjadi sumber pendapatan tambahan.

Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU., menegaskan bahwa program ini sejalan dengan komitmen universitas dalam mengembangkan 11 Center of Excellence (CoE) di bidang energi, lingkungan, dan keberlanjutan.

“Inovasi seperti komposter putar menjadi contoh nyata bagaimana hasil riset dan pembelajaran lintas bidang dapat diterapkan langsung di masyarakat untuk mendorong kemandirian dan kepedulian terhadap lingkungan,” ujar Prof. Wawan.

Dengan hadirnya Gerakan Kompos Mandiri di Desa Barengkok, diharapkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga semakin meningkat. Inovasi ini juga membuka peluang bagi warga untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dari hasil kompos yang dihasilkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id

(G-H2) 

Baca Juga