Sinergi Pembiayaan Hijau Diperkuat, Transisi Ekonomi Berkelanjutan Dipacu

Seminar Nasional “Penguatan Sinergi Pembiayaan Hijau dalam Mendukung Transisi Ekonomi Berkelanjutan” yang berlangsung pada 8 Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), bagian dari rangkaian acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025.(Doc BI/Ist)
GIMIC.ID, JAKARTA – Di tengah tekanan perubahan iklim dan urgensi transisi menuju ekonomi rendah karbon, sinergi lintas sektor dalam pembiayaan hijau dinilai menjadi kunci utama. Hal ini disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam Seminar Nasional “Penguatan Sinergi Pembiayaan Hijau dalam Mendukung Transisi Ekonomi Berkelanjutan” yang berlangsung pada 8 Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), bagian dari rangkaian acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025.
Menurut Destry, perubahan iklim diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap ekonomi global. Riset terbaru dari Council on Foreign Relations (2025) memperkirakan potensi kerugian hingga 40% dari PDB global dalam 75 tahun ke depan. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi erat antara bank sentral, regulator keuangan, kementerian teknis, lembaga pembiayaan, dan pelaku usaha dalam membangun ekosistem keuangan hijau yang tangguh dan inklusif.
Bank Indonesia mengapresiasi langkah Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI), yang melibatkan 15 bank, WWF, dan PT Sarana Multi Infrastruktur. Dalam kurun Mei–Juni 2025, kolaborasi BI dan IKBI menghasilkan pembiayaan hijau sebesar Rp96 miliar bagi UMKM. Program pilot lainnya mencatat pembiayaan hijau mencapai Rp29,3 triliun, termasuk melalui obligasi hijau.
Business matching yang digelar Bank Indonesia bersama 14 kementerian/lembaga dan 10 institusi keuangan telah mempertemukan 394 UMKM dengan lembaga pembiayaan, menghasilkan komitmen pembiayaan lebih dari Rp300 miliar selama Februari–Juni 2025.
Di sesi lain seminar, Deputi Gubernur BI Juda Agung menegaskan bahwa green jobs merupakan komponen penting dari ekonomi berkelanjutan. "UMKM harus menjadi aktor utama dalam transisi hijau. Dukungan pembiayaan yang terjangkau dan kemitraan strategis sangat krusial agar mereka bisa masuk dalam rantai pasok industri, bahkan ekspor," jelasnya.
Untuk mendorong pembiayaan hijau, Bank Indonesia memberikan insentif likuiditas hingga 0,5% dari DPK bagi bank yang menyalurkan pembiayaan hijau. Selain itu, pelonggaran Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) juga diberlakukan.
BI juga telah merilis Pedoman Model Bisnis UMKM Hijau dan Kalkulator Hijau sebagai alat bantu menghitung emisi karbon. Sementara dari sisi pasar keuangan, BI memperkuat kontribusinya melalui pembelian Sukuk Negara Hijau dan penerbitan Sukuk BI Inklusif.
Hingga 1 Juli 2025, pembiayaan hijau oleh perbankan telah mencapai Rp33,7 triliun, mencakup kredit perumahan hijau dan kendaraan listrik. Skema ini dinilai memberikan dampak nyata dalam peningkatan kualitas lingkungan dan ketahanan ekonomi masyarakat.
Dalam rangka penguatan kapasitas kebijakan dan edukasi, BI bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan Buku Kajian Ekosistem Pembiayaan Hijau kepada UMKM. Buku ini diharapkan menjadi referensi utama dalam pengembangan sektor keuanganberkelanjutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Gimic.id
(G-EL)
Komentar