Oleh: Indra Efendi Rangkuti

Sudirman Tokoh Legendaris Bulutangkis Indonesia Dan Dunia

Pada 1950 Sudirman melanjutkan studinya di Akademi Perniagaan Indonesia. Pada periode kuliah inilah Sudirman berfikir untuk mendirikan wadah untuk membina bulutangkis secara terpadu dan terprogram. Dan akhirnya keinginannya ini disambut baik oleh beberapa rekannya.

Ketua Umum PB PBSI Sudirman berdiskusi dengan pengurus PBSI Titus Kurniadi dan pelatih Minarni Sudaryanto tahun 1980

Pada 1951, beberapa tokoh bulu tangkis Indonesia melakukan pertemuan di gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka), Bandung, untuk membentuk Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Rochdi Partaatmadja ditunjuk sebagai ketua umum dan Sudirman dan Tri Condrokusumo menjadi wakilnya.

Setahun kemudian, Sudirman terpilih sebagai ketua umum PBSI dan menjabat selama 7 tahun (1952-1959).

Pada awal 1959 Sudirman memutuskan rehat sejenak dari memimpin PBSI karena melanjutkan studinya dibidang Business Administration di University of Syracuse.Pada akhir 1960 Sudirman menyelesaikan studinya dan kembali ke tanah air. Pada saat itu Sudirman mulai aktif memimpin beberapa perusahaan yang didikannya. Salah satunya adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Namun kemudian bulutangkis yang mengakar kuat dalam dirinya membuatnya kembali untuk membina bulutangkis.

Panggilan jiwa pula yang membuat Sudirman kembali terpanggil untuk aktif di bulutangkis dan memimpin PBSI pada tahun 1961 hingga 1963. Sempat “rehat” sejenak Sudirman kembali memimpin PBSI pada 1968 hingga tahun 1981.

Sudirman memiliki visi yang luas terhadap dunia perbulutangkisan Indonesia. Selain itu Beliau juga rela berkorban untuk bulutangkis.Salah satu yang paling terkenal misalnya, ketika Sudirman rela menjual mobil miliknya untuk membiayai Tim Indonesia yang akan berlaga di Piala Thomas 1958.Hasilnya tak sia-sia, pengorbanan Sudirman pun terbalaskan dengan hasil juara Piala Thomas yang langsung bisa dibawa pulang untuk pertama kali, kendati Indonesia saat itu berstatus sebagai debutan.Bahkan para pemain yang bertanding selama masa pelatnas beberapa diantaranya tidur di rumahnya.

Melihat sepak terjangnya di Indonesia, Sudirman diberi kepercayaan masuk ke dalam jajaran petinggi International Badminton Federation (IBF) pada 1973.

Sudirman merupakan orang Indonesia kedua yang menjadi petinggi IBF setelah Ferry Sonneville (1961-1965).

Meskipun pengusaha, Sudirman mengaku lebih fokus memajukan dunia bulu tangkis Indonesia.

"Keterlibatan saya di bulu tangkis adalah pekerjaan utama. Kesibukan di dunia farmasi hanyalah hobi," ungkap Sudirman dikutip dari BWF Museum.

PBSI di bawah Sudirman telah bertabur bintang-bintang yang menghiasi cakrawala Indonesia.

Beragam prestasi ditorehkan PBSI di masa kepemimpinannya, di antaranya ialah lain tujuh kali sukses menjuarai Piala Thomas,1 kali juara Piala Ubet, 12 kali juara tunggal putra All England (8 kali di antaranya direbut oleh Rudy Hartono), 9 kali juara ganda putra All England,2 kali juara ganda putri All England,1 kali jaura ganda campuran All England,1 gelar juara di Kejuaraan Dunia 1977,4 gelar juara Kejuaraan Dunia 1980 dan 12 Medali Emas di Asian Games serta juara-juara di berbagai turnamen lainnya.

Pada 1978 berdiri organisasi baru bulutangkis sebagai tandingan IBF yang dimotori oleh RRC dan diberi nama WBF.Beberapa kekuatan utama bulutangkis dunia seperti Malaysia, Korea Selatan, Hongkong dan lainnya turut bergabung di WBF tersebut.Kondisi ini membuat Sudirman dan sahabatnya Suharso Suhandinata prihatin dan punya inisiatif menyatukan kedua organisasi tersebut.

Saat sidang tahunan IBF tahun 1979 digelar di Jakarta pada 1979 dibahas agenda penting penyatuan kedua organisasi tersebut. Indonesia mengundang 11 tokoh penting dari IBF dan WBF. Inisiatif undangan ini berasal dari Indonesia, bukan atas inisiatif IBF atau WBF. Dalam pertemuan tersebut, tercapai kesepakatan dibentuknya study group untuk menyusun agenda penyatuan dua organisasi badminton dunia. Dari Indonesia, Suharso Suhandinata dan Sudirman masuk dalam tim tersebut.

Rapat tahunan IBF tahun 1979 itu punya peran vital untuk meredam kisruh dan konflik di antara kedua organisasi badminton dunia tersebut. Perwakilan WBF, Teh Gin Sooi dari Malaysia bahkan menyebut keberadaan Indonesia jadi faktor penting di balik pertemuan itu.

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...