Kiper Legendaris PSMS Taufik Lubis Salah Satu Keistimewaan Yang Dimiliki Oleh PSMS Medan

Taufik Lubis ketika mengawal gawang Timnas

GIMIC.ID, MEDAN - Salah satu keistimewaan yang dimilki oleh PSMS Medan adalah kemampuan PSMS Medan melahirkan kiper – kiper hebat yang bukan hanya sukses mengawal gawang PSMS tapi juga mengawal gawang Timnas Indonesia. Salah satu yang kiper yang menonjol dari PSMS Medan adalah Taufik Lubis.

Taufik Lubis kelahiran Tanjung Balai 12 Februari 1955 adalah kiper legendaris PSMS Medan dan Timnas Indonesia pada pertengahan 70-an dan awal 80-an.

Taufik Lubis memulai karirnya di PSKTS Tebing Tinggi. Bakatnya dilihat seorang penggila bola bernama Abdul Aziz. Melalui Aziz, Taufik Lubis dikenalkan dengan pelatih M. Saleh yang menangani PS Tebing Putra. Mulailah Taufik Lubis berlatih di stadion Kp. Durian yang saat itu satu-satunya lapangan sepak bola standard di kota itu. Dalam usia 18 tahun, Taufik Lubis memantapkan diri sebagai penjaga gawang. Ketika itu, Taufik bersekolah di SMAN 1 Kota Tebingtinggi.

Taufik Lubis memperkuat klub PSKTS, bersama Effendi Maricho, Ashari, Mhd Zein, Iskandar Ramlan, Fudhail Dega,dan beberapa pemain lainnya. Dengan skuad seperti itu, PSKTS dikenal sebagai klub yang disegani di Sumut selain PSMS Medan. Walaupun tak pernah juara Sumut, tapi penampilan Taufik Lubis, selalu jadi ingatan pecandu si kulit bundar di manapun PSKTS bertanding.

Penampilan Taufik Lubis pun menjadi perhatian tokoh sepak bola Sumut Kamaruddin Panggabean (Ompung Kamrud) yang sedang kebingungan mencari kiper pengganti untuk memperkuat PSSI Wilayah I di Kejuaraan Antar Wilayah/Regional PSSI pada 1974.

Saat itu Ompung Kamrud kebingungan karena kiper utama PSMS Medan Ronny Pasla hijrah ke Persija Jakarta. Taufik Lubis pun direkrut Ompung Kamrud menjadi kiper PSSI Wilayah I Sumut mendampingi kiper asal Langkat Pariman. Sejak itu Taufik Lubis pindah ke Medan.

Ternyata Taufik Lubis tampil menawan walau tampil bergantian dengan Pariman dalam mengawal gawang PSSI Wilayah I hingga akhirnya sukses membawa PSSI Wilayah I yang didominasi pemain – pemain PSMS Medan menjadi Juara Kejuaraan Antar Wilayah/Regional PSSI 1974 dan mewakili Indonesia di President Cup 1974 yang berlangsung di Seoul Korea Selatan.

Dalam turnamen President Cup 1974 di Seoul ini PSSI Wilayah I tampil sebagai Runner Up setelah di Final kalah dari tuan rumah Korea Selatan. Sukses ini membuat nama Taufik Lubis makin berkibar.

 

PSMS MEDAN DI 6 BESAR DIVISI UTAMA PERSERIKATAN PSSI 1980

Berdiri Ki-Ka : Ulil Amri, Zulkarnaen Lubis, Hadi Sakiman, Taufik Lubis, M.Yusuf, Nobon.

Jongkok Ki-Ka : Supardi,Bambang Usmanto, Amansyah Harahap, Abdi Wijaya, Sunardi A

Pada 7 Juni 1975 klub besar Belanda dan Eropa Ajax Amsterdam bertandang ke Medan dan bertanding dengan PSSI Wilayah I (PSMS Plus). Pada pertandingan ini Taufik Lubis yang masuk menggantikan kiper PSMS Pariman ketika PSSI Wilayah I tertinggal 2-1 dari Ajax.

Taufik Lubis tampil prima mengawal gawang PSSI Wilayah I dari gempuran bintang – bintang Ajax seperti Johnny Rep, Ruud Krol, Wim Suurbier dll hingga akhirnya sukses membawa PSSI Wilayah I menang 4-2 atas Ajax. Seusai pertandingan pelatih Ajax Bob Haarms dan bintang Ajax Ruud Krol serta Johnny Rep melontarkan pujian kepada aksi Taufik Lubis di bawah mistar.

Seusai pertandingan melawan Ajax ini Taufik Lubis pindah ke PSMS Medan.Saat berkiprah di Medan, Taufik Lubis tercatat sebagai pemain PS Perisai yang dibina Kanwil DJP Sumbagut di kompetisi antar klub PSMS. Kemudian Taufik Lubis terpilih sebagai penjaga gawang utama PSMS Medan menggantikan Pariman yang wafat pada 1976.

Karir Taufik Lubis sebagai penjaga gawang terus melesat. Setelah malang melintang di PSMS Medan, Taufik Lubis dipanggil memperkuat PSSI Garuda yang dipersiapkan untuk Pra Olimpiade 1976.Saat itu dalam rangka persiapan Pra Olimpiade 1976 Timnas dibagi menjadi 2 yaitu PSSI Harimau dan PSSI Garuda.Rekan seangkatannya di Timnas Garuda adalah Nobon, Suhatman Imam, Timo Kapisa, Simson Rumahpasal, Johanis Auri dll. Tim ini tampil gemilang dalam berbagai turnamen dan pertandingan ujicoba baik di dalam maupun luar negeri.

Kecemerlangannya dalam mengawal gawang PSSI Garuda membuat pelatih Timnas asal Belanda Wiel Coerver menjadikan Taufik Lubis sebagai kiper yang tampil memperkuat Timnas di Pra Olimpiade 1976 mendampingi seniornya yang sebelumnya memperkuat PSMS Medan yaitu Ronny Pasla. Sayang walau tampil gemilang di Pra Olimpiade 1976 Timnas gagal lolos ke Olimpiade 1976 karena di putaran akhir kalah adu penalti dari Korea Utara.

Kelebihan Taufik Lubis di bawah mistar, adalah naluri dan instiknya yang tajam serta mampu membaca arah bola yang dibawa lawan, ditambah posturnya dengan tinggi mencapai 175 cm yang sangat ideal untuk posisi kiper. Ketika Taufik Lubis beraksi penonton seolah-olah melihat jika dia terbang menangkap bola, Taufik Lubis seolah - olah berhenti sejenak di udara baru jatuh dengan bola dalam pelukan erat. Kehadirannya di PSMS Medan membuat pecinta PSMS melupakan kepindahan Ronny Pasla ke Persija.

Prestasinya yang paling diingat bersama PSMS Medan adalah ketika membawa membawa PSMS menjadi Runner Up Divisi Utama Perserikatan 1979, Runner Up Marah Halim Cup 1978, Juara Tugu Muda Cup 1979 dan Juara Fatahillah Cup 1982.

Pada tahun 1975 hingga 1982, nama Taufik Lubis populer sebagai Kiper Nasional. Tak terhitung berapa kali sudah sosok yang mengidolakan kiper legendaris Timnas Yudo Hadianto ini menyelamatkan gawang Tim Nasional lewat keahliannya menangkap si bola bundar.

Seusai membawa PSMS Medan menjuarai Fatahillah Cup 1982 Taufik Lubis mundur dari PSMS Medan untuk fokus menjalani karirnya sebagai ASN di Direktorat Jenderal Pajak. Tongkat estafet kiper kemudian diserahkan ke juniornya di PSMS Medan yaitu Ponirin Meka. Namun walau begitu Taufik Lubis sesekali masih turun membela Perisai di kompetisi Divisi Utama PSMS Medan.

Salah satu kemampuan istimewa yang dimiliki oleh Taufik Lubis adalah kemampuannya membimbing juniornya baik di Perisai maupun PSMS. Benny Van Breukelen dan Fidel Ganis Siregar 2 juniornya di Perisai dan PSMS mengaku banyak menimba ilmu dari Taufik Lubis.

Benny Van Breukelen dalam penuturannya kepada saya menyebut satu momen spesial dalam karirnya yaitu ketika Perisai bertanding melawan Medan Utara dalam kompetisi Divisi Utama PSMS pada 1980.

Medan Utara waktu itu diperkuat Ponirin Meka dan Mamek Sudiono. Awalnya Yuswardi sebagai pelatih Perisai mempersiapkan Taufik Lubis untuk tampil dan sudah melakukan pemanasan.Tapi kemudian Taufik Lubis berujar “Bang Yuswardi aku mau Benny yang main sore ini” lalu memanggil Benny sambil membuka kostumnya dan berujar “Benny kau main dan pakai ini” sambil menyerahkan kostumnya.

Yuswardi sebagai pelatih kemudian menghampiri Benny.Yuswardi berkata “Benny sore ini panji – panji kejayaan Perisai menjadi tanggung jawabmu. Semangat ya” ujarnya sambil menepuk pundak Benny Van Breukelen.

Benny terkejut tapi langsung bersiap dan dengan mantap memasuki lapangan. Taufik Lubis dan Parlin Siagian menepuk pundaknya dan berujar “Benny kau pasti bisa”. Ternyata sore itu Benny tampil gemilang mematahkan serangan dari para pemain Medan Utara termasuk beberapa peluang emas dari Mamek Sudiono yang dipatahkannya dengan gemilang.

Seusai pertandingan Taufik Lubis memeluk dirinya dan berkata “Benny abang yakin kelak kau akan jadi kiper yang sukses dan bisa membela Timnas” dan Benny dengan air mata haru berkata “Semua ini karena Bang Taufik yang selama ini sudah membimbingku dan mohon doakan aku ya Bang”.

Ketika akhirnya Benny pindah ke Tunas Inti Jakarta pada 1981 Taufik Lubis juga yang turut mengantarnya dan menitipkannya kepada juniornya di Timnas yang menjadi kiper utama Tunas Inti FX Tjahyono.

"Aku titip Benny di sini ya dan tolong bimbing dia" ujar Taufik Lubis kepada FX Tjahyono. FX Tjahyono yang sempat menjadi pendamping Taufik Lubis di Timnas mengangguk dan berkata "Baik Bang Taufik akan kujaga amanah abang ini" sambil merangkul Taufik Lubis.

Dan ternyata kelak memang terbukti Benny Van Breukelen menjadi salah satu kiper yang sukses dan bisa menembus Timnas.

Demikian juga dengan Fidel Ganis Siregar yang secara terus terang mengakui Taufik Lubis sebagai sosok yang menjadi panutannya baik di Perisai maupun di PSMS. ”Bang Taufik adalah guru saya” begitu sosok yang kini berprofesi sebagai dokter dan dosen di USU ini berkata kepada saya. Dalam keseharian mereka juga begitu akrab. Tak jarang mereka berangkat bersama menuju tempat latihan Perisai dan PSMS. Melihat permainannya di bawah mistar banyak yang menyebut Fidel Ganis Siregar mempunyai kemiripan dengan Taufik Lubis.

Taufik Lubis juga pernah menekuni karir di dunia kepelatihan.Sebagai pelatih Taufik Lubis pernah membawa PSMS Medan menjadi Juara Piala Walikota Padang Tahun 1994. Di Divisi Utama Liga Indonesia musim 1994/1995 Taufik Lubis dan Wibisono tampil menangani PSMS Medan. Sayang akibat penampilan PSMS yang tidak stabil membuat keduanya kemudian mengundurkan diri pada pertengahan musim.

Taufik Lubis adalah abang kandung dari mantan bintang Medan Jaya, Pelita Jaya dan Timnas Indonesia Ansyari Lubis. Ansyari Lubis menjadikan abangnya sebagai sumber motivasi untuk berprestasi di dunia sepakbola.

Taufik Lubis meninggal dunia pada tanggal 23 Desember 2012 di Rumah Sakit Malahayati Medan. Prestasi dan kemampuannya sebagai kipper handal PSMS Medan akan selalu dikenang dan diingat oleh suporter sejati PSMS Medan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gimic.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaUj0IA0LKZLdsktWS3G. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

(G-H2)

Komentar

Loading...