Kiprah Wiel Coerver Di Pra Olimpiade 1976 Dan Sea Games 1979

Dan akhirnya dalam pertandingan di Stadion Utama Senayan Jakarta yang disaksikan sekitar 120 ribu pasang mata Indonesia menang dengan skor 1:0.

Hasil ini membuat Indonesia harus kembali bertemu melawan Korea Utara di Final untuk menentukan Juara ekaligus wakil Asia ke Olimpiade Montreall 1976.Namun, Coerver tersandung saat ujian tahap akhir ini. Di depan 120 ribu pendukung yang memenuhi Stadion Utama Senayan Jakarta pada 26 Februari 1976, Indonesia kalah dramatis dari Korea Utara dan gagal melangkah ke Olimpiade Montreal 1976.

Di depan pendukungnya sendiri, Anjas Asmara dan Suaib Rizal gagal menjalankan tugasnya dengan baik dalam drama adu penalti.Tidak hanya hati masyarakat Indonesia yang hancur, tetapi juga Coerver. Kontraknya berakhir Mei 1976 dan tidak ada sinyal positif dari PSSI untuk memperbaharuinya.

Sebelum terbang pulang ke Belanda, konon Coerver masih sempat mendatangi pengurus PSSI untuk memperjuangkan bonus yang belum diterima para pemain, asisten pelatih, pembantu umum, dokter tim, hingga masseur.

Berbagai konflik inilah yang membuat PSSI akhirnya tidak memperpanjang kontrak Wiel Coerver sebagai pelatih walau banyak yang memuji penampilan Timnas saat itu.

Coerver akhirnya kembali ke Belanda dan menangani Go Ahead Eagles. Namun usai musim 1976/1977 dimana Go Ahead Eagles hanya berada di peringkat 11 Eredivisie, Coerver mundur dari jabatannya dan memilih menangani sepakbola akar rumput dengan mengembangkan metodenya yang kemudian dikenal seluruh penjuru duni dengan, "Coerver Coaching Method".

Namun Coerver tetap dilirik oleh PSSI yang saat itu dipimpin oleh Ali Sadikin sebagai Ketua Umum untuk menangani Timnas yang akan berlaga di SEA Games 1979.Akhirnya Coerver kembali ke Indonesia.

Seleksi skuat SEA Games 1979 dimulai setelah Kejurnas PSSI musim 1978-1979 yang berakhir pada Januari 1979. Target yang dibebankan oleh PSSI waktu itu adalah Medali Emas.

Wiel Coerver menggunakan cara yang lebih simpel pada SEA Games 1979. Program latihan utama adalah fisik dan berlatih dengan menggunakan bola. Akhirnya terpilih 18 pemain yang tampil membela Timnas SEA Games 1979 di Jakarta.Mereka yang terpilih adalah Purwono,Hariyanto,Simson Rumahpasal,Berti Tutuarima,Wayan Diana,Rudy Keltjes,Ishak Liza,Wahyu Hidayat,A.A Rae Bawa,Rully Nere,Ronny Pattinasarani,Effendy Maricho,Iswadi Idris,Dede Sulaiman,Tinus Heipon,Gusnul Yakin,Risdianto dan Joko Malis.

Indonesia saat itu berlaga bersama Singapura,Thailand,Malaysia,dan Myanmar.Pada pertandingan pertama Indonesia sukses menaklukkan Singapura 3-0,kemudian di pertandingan kedua takluk 1-3 dari Thailand.Di laga ketiga Indonesia ditahan imbang Malaysia 0-0 dan di pertandingan terakhir menaklukkan Myanmar 2-1.

Malaysia lolos ke Final sebagai juara grup.Indonesia yang berada di posisi kedua harus bertanding dengan Thailand yang berada di posisi ketiga dalam play off untuk menentukan yang lolos ke Final.Akhirnya di laga play off itu Indonesia sukses menaklukkan Thailand 3-1 dalam drama adu penalti setelah bermain imbang 0-0 di babak normal dan perpanjangan waktu.

Indonesia menghadapi Malaysia di Final yang mengandalkan sederet bintang SEA Games 1977, seperti Jamal Nasir Ismail, Mokhtar Dahari, Hanis Devandran Abdullah, Soh Chin Aun, Santokh Singh, dan Shukor Saleh.Namun sayang di laga Final yang berlangsung 30 September 1979 di Stadion Utama senayan Jakarta itu Timnas takluk 0-1 dari Malaysia lewat gol yang dicetak Mokhtar Dahari.

Usai SEA Games 1979 ini Coerver memutuskan kembali ke Belanda.Namun pada Kompetisi Galatama 1980-1982 Wiel Coerver sempat kembali ke Indonesia dan menjadi penasehat teknis Niac Mitra.

Meski gagal membawa Indonesia meraih Juara pada 2 kesempatan melatih Timnas Indonesia, Coerver sukses mewariskan metodenya untuk sepak bola Indonesia. Coerver mewariskan metodenya yang mengutamakan skil tinggi.Metode itu dikenal dengan nama "Coerver Method"

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...