Oleh: Indra Efendi Rangkuti

Konflik Dan Rekonsiliasi Guus Hiddink Dan Edgar Davids Di Timnas Belanda

GIMICSPORT.ID - Hubungan antara pelatih dan pemain terutama yang berlabel bintang sering menjadi hubungan yang penuh dinamika. Ada yang mampu membina hubungan yang harmonis layakanya orang tua dengan anak maupun antara abang dengan adiknya. Namun ada kalanya menjadi hubungan yang tidak harmonis bahkan menjadi konflik yang “panas” yang mengakibatkan suasana tidak kondusif dalam sebuah tim.

Banyak kisah yang muncul dan menjadi “isu panas” ketika konflik muncul antara pelatih dengan pemainnya di pentas sepakbola Internasional. Salah satu kisah besar yang muncul dan menuai banyak perhatian adalah konflik antara pelatih Timnas Belanda Guus Hiddink dengan gelandang handal Edgar Davids di Piala Eropa (Euro) 1996 yang digelar di Inggris pada 8 – 30 Juni 1996. Saat itu Belanda bergabung di Grup A bersama tuan rumah Inggris,Skotlandia dan Swiss.

Belanda datang ke Inggris dengan status unggulan utama yang diprediksikan akan menjadi Juara Piala Eropa 1996 tersebut. Status unggulan itu didapat karena kiprah hebat Ajax Amsterdam yang diperkuat bintang – bintang muda hebat yang sukses membawa Ajax kembali berjaya di Eropa setlah menjuarai Champions Cup 1995 usai menaklukkan AC Milan 1-0 di Final. Kesuksesan ini memutus dahaga selama 22 tahun sejak terakhir kali Ajax menjuarai Champions Cup pada musim 1972/1973.

Skuad Ajax yang ketika itu dilatih oleh Louis Van Gaal disebut sebagai “Generasi Emas” sepakbola Belanda dan penampilan mereka yang elegan membuat publik menyebutnya sebagi kebangkitan “Total Football” di sepakbola Internasional.

Kehebatan mereka terlihat ketika Belanda di ujung tanduk untuk lolos ke Piala Eropa 1996 akibat tertinggal dari Ceko dan Norwegia di kualifikasi. Pada kualifikasi Hiddink sempat bersitegang dengan para pemain Ajax hingga para pemain tersebut “mogok” bermain untuk Timnas pada kualifikasi Piala Eropa 1996.Langkah Belandapun sempat terseok – seok. Namun akhirnya KNVB berhasil ‘mendamaikan” Hiddink dengan para pemain Ajax tersebut jelang partai “hidup mati” Belanda melawan Norwegia di Rotterdam. Belanda harus menang untuk lolos sedangkan Norwegia cukup bermain imbang.

Dan akhirnya bintang – bintang Ajax yang kembali ke Timnas Belanda sukses membawa Belanda menang 3-0 atas Norwegia di laga tersebut lewat gol yang dicetak oleh Clarence Seedorf, Youri Mulder dan Marc Overmars.

Kesuksesan ini membuat Belanda lolos ke play of melawan Irlandia pada 13 Desember 1995 di Stadion Anfield Liverpool. 9 pemain Ajax tampil menjadi starter dan sukses membawa Belanda lolos ke Piala Eropa 1996 setelah menaklukkan Irlandia 2-0 lewat 2 gol yang dicetak striker muda Ajax Patrick Kluivert.

Situasi ini membuat Belanda menatap Euro 1996 dengan penuh percaya diri. Walaupun pada Final Champions Cup 1996 Ajax gagal mempertahankan gelar juara karena takluk dari Juventus di Final lewat drama adu penalti namun tidak menyurutkan optimisme publik bahwa Belanda akan berjaya di Euro 1996. Jelang Euro 1996 Belanda kehilangan 2 bintang Ajax Frank De Boer dan Marc Overmars akibat cedera namun status unggulan tetap melekat pada Belanda. Apalagi Hiddink membawa 8 pemain Ajax ke Euro 1996 yaitu : Edwin Van Der Sar,Danny Blind,Michael Reiziger,Ronald De Boer, Winston Bogarde, Peter Hoekstra, Edgar Davids dan Patrick Kluivert. Warna Ajax kian kental dengan dipanggilnya Clarence Seedorf yang pada 1995 merupakan bagian dari skuad Ajax ketika menjadi Juara Champions Cup. Demikian pula dengan Dennis Bergkamp dan Aron Winter yang merupakan bintang Ajax ketika menjadi Juara UEFA Cup 1992.

Namun sayangnya menjelang Piala Eropa 1996 skuad Belanda dilanda isu perpecahan antara pemain berkulit putih dan berkulit hitam. Perpecahan itu kian terlihat ketika skuad Belanda datang ke Inggris. Beberapa media menulis bahwa para pemain kulit putih mengambil termpat duduk terpisah dari para pemain kulit hitam ketika makan dan kala bersantai.

Hiddink sendiri membantah adanya perpecahan dalam skuad asuhannya tersebut. Mengenai posisi duduk pemain itu adalah akibat pemilihan menu makanan antar pemain. John Veldman dan Aron Winter yang berkulit hitam duduk bersama satu meja dengan Richard Witschge yang berkulit putih dengan penuh keakraban. Edgar Davids dan Michael Reiziger yang baru saja dikontrak AC Milan selalu duduk bersama dalam satu meja terpisah dengan Winston Bogarde, Patrick Kluivert dan Clarence Seedorf karena perbedaan selera dalam menu makanan. Jadi menurut Hiddink media terlalu berlebihan menyebut ada perpecahan dalam skuad asuhannya.

Namun riak – riak mulai muncul jelang laga penyisihan grup dimulai. Edgar Davids dan Clarence Seedorf mempertanyakan keputusan Hiddink yang lebih memilih Dennis Bergkamp daripada Patrick Kluivert sebagai striker utama di laga pertama melawan Skotlandia. Apalagi Bergkamp baru mengalami musim yang kurang gemilang bersama Arsenal di musim 1995/1996. Hiddink beralasan kondisi fisik Kluivert yang baru pulih dari cedera lutut yang membuatnya tampil tidak maksimal di Final Champions Cup 1996. Apalagi dokter tim Belanda juga menyarankan agar Kluivert tidak buru – buru dimainkan sebagai starter. Namun itu diarasa kurang memuaskan oleh Davids dan Seedorf.

Di laga pertama melawan Skotlandia Belanda tampil kurang meyakinkan hingga ditahan imbang 0-0 oleh Skotlandia. Edgar Davids yang diramalkan akan menjadi bintang di Euro 1996 karena gaya permainannya yang mengingatkan publik kepada Frank Rijkaard ternyata tampil mengecewakan di laga melawan Skotlandia tersebut. Demikian juga dengan Seedorf yang tak berkutik di lini tengah. Kluivert yang masuk di menit ke-63 menggantikan Gaston Taument juga tidak bisa berbuat banyak akibat kondisi fisiknya yang belum fit 100 persen.

Kondisi ini membuat Hiddink melakukan perubahan ketika menghadapi Swiss pada laga kedua. Edgar Davids yang mengecewakan di laga perdana dicadangkan oleh Hiddink dan menggeser Seedorf ke posisi Davids. Seedorf protes karena merasa gelandang bertahan bukan posisi ideal untuknya namun Hiddink tetap pada pendiriannya. Davids juga tidak terima dicadangkan hingga protes keras namun Hiddink tetap pada pendiriannya. Kluivert juga kembali dicadangkan.

Ternyata keputusan Hiddink tepat.Belanda tampil lebih baik. Walau Seedorf tampil tidak maksimal hingga ditarik keluar pada menit ke-26 dan digantikan oleh Johan De Kock secara keseluruhan permainan Belanda lebih variatif. Belanda akhirnya unggul 2-0 lewat gol Jordi Cruyff dan Dennis Bergkamp. Davids sempat dimasukkan pada menit ke-80 sesudah Belannda unggul 2-0 menggantikan Ronald De Boer. Demikian juga dengan Kluivert yang masuk pada menit ke-84 menggantikan Bergkamp.

Seusai pertandingan Seedorf kepada para wartawan mengecam keras keputusan Hiddink mencadangkan Davids. Baginya Davids adalah sosok terbaik dalam tim Belanda yang pantas menempati posisi gelandang bertahan.

Edgar Davids lebih lantang lagi bersuara kepada para wartawan. Secara terang – terangan pemain yang dijuluki “Pitbull” itu menyebut bahwa Hiddink bersifat pilih kasih dalam menentukan pilihan pemain dan tidak memahami taktik permainan yang akan diterapkan. Lebih keras lagi Davids menyebut bahwa sang kapten Danny Blind dan Ronald De Boer adalah sosok dibalik keputusan Hiddink mencadangkan dirinya dan Kluivert serta sosok yang membuat Seedorf bermain tidak nyaman akibat posisinya digeser ke gelandang bertahan. Dengan tidak ragu – ragu Davids menyebut bahwa Hiddink “diatur” oleh Danny Blind dan Ronald De Boer.Davids malah tidak segan mengungkapkan kata – kata kasar sebagai bentuk protesnya kepada Hiddink.

Danny Blind dan Ronald De Boer tegas menolak tuduhan Edgar Davids tersebut. Ronald De Boer menyebut dirinya justru sangat menghargai rekan - rekan setimnya. Sang Kapten Danny Blind menyebut pemilihan pemain adalah murni keputusan pelatih. Blind menyebut dirinya sebagai kapten yaang menjunjung tinggi posisi pelatih. Dirinya juga menolak disebut sebagai sosok yang membuat Hiddink mencadangkan Davids dan Kluivert serta menggeser posisi Seedorf ketika melawan Swiss. ”Tidak mungkin saya melakukan itu kepada mereka apalagi Davids, Seedorf dan Kluivert adalah rekan setim saya dan Ronald De Boer di Ajax” tegas Blind.

Guus Hiddink juga berang dan tidak terima dengan ungkapan Davids kepada media tersebut. ”Saya memilih pemain berdasarkan kebutuhan taktik tim dan melihat kondisi fisik pemain sebelum saya memutuskan siapa yang akan saya mainkan. Tidak ada yang bisa mengatur dan menekan saya dalam memilih pemain. Saya memiliki 22 pemain dalam tim. Jika saya memilih 11 pemain untuk bermain dan 11 pemain lainnya di luar lapangan itu adalah hak saya” ujar Hiddink kepada media.

Sehari setelah perang “kata – kata’ di media tersebut Hiddink dengan tegas meminta Davids untuk meminta maaf atas tuduhannya yang salah dan kata – kata kasar yang diungkapkannya ke media. Namun Davids menolak dan bersikukuh bahwa tuduhannya itu benar. Hiddinkpun akhirnya bersikap tegas dengan mencoret Davids dan memulangkan Davids ke Belanda. Davids pun akhirnya mengepak barang – barangnya dan meninggalkan markas skuad Belanda di Inggris dengan amarah meluap dalam hatinya.

Keputusan ini menimbulkan kontroversi. Namun lebih banyak yang mendukung sikap tegas Hiddink tersebut. Salah satu yang mendukung keputusan dan sikap Hiddink adalah striker legendaris Inggris Garry Lineker. Lineker menilai tidak sepantasnya seorang pemain mengungkapkan kata – kata kasar kepada seorang pelatih apalagi seorang pelatih punya otoritas mutlak dalam menentukan pemain yang akan ditampilkan.

Kepergian Davids ini membuat skuad Belanda “terguncang” menjelang laga terakhir grup melawan Inggris. Dan akhirnya skuad Belanda hancur lebur dibombardir Inggris di laga terakhir dan akhirnya takluk 1-4.

Akhirnya dalam kondisi yang masih “oleng” Belanda tampil di babak 8 besar melawan Prancis. Di laga ini untuk pertama kalinya Patrick Kluivert tampil sebagai starter. Namun setelah bermain imbang 0-0 di babak normal dan perpanjangan waktu akhirnya Belanda tersingkir dari Euro 96 setelah takluk 4-5 dalam drama adu penalti. Seedorf menjadi satu – satunya eksekutor yang gagal melaksanakan tugasnya setelah penaltinya dilok oleh Bernard Lama.

Belanda akhirnya pulang dengan kepala tertunduk dan wajah murung. Meskipun demikian KNVB tetap mempertahankan Hiddink sebagai pelatih dan tidak menyalahkan Hiddink akibat kegagalan di Euro 96 tersebut. Sepulangnya Timnas ke Belanda Danny Blind memutuskan mundur dari Timnas untuk berkonsentrasi penuh membela klubnya Ajax di Liga Belanda dan kompetisi Eropa.

Guus Hiddink sendiri menyebut bahwa dirinya tidak membenci Edgar Davids walau mereka terlibat konflik. Dirinya tetap membuka pintu Timnas jika Davids tampil baik bersama AC Milan. Namun Davids menolak untuk bermain bersama Timnas di bawah asuhan Guus Hiddink.

Skuad Belanda tampil mantap dan meyakinkan selama kualifikasi Piala Dunia 1998 dan akhirnya lolos secara gemilang ke Prancis sebagai juara Grup 7 di kualifikasi. Suasana penuh konflik yang muncul di Euro 1996 berhasil diredam dengan baik dan skuad Belanda tampil solid hingga akhirnya sukses meraih 6 kemenangan, 1 kali hasil imbang dan 1 kali kalah selama kualifikasi Piala Dunia 1998 Grup 7.

Sedangkan Edgar Davids mengalami musim buruk di AC Milan akibat cedera parah yang dideritanya yang membuatnya tidak tampil penuh selama musim 1996/1997. Ditambah lagi perselisihannya dengan Alessandro Costacurta dan pelatih Fabio Capello pada awal musim 1997/1998 yang membuat Davids tersingkir dari skuad AC Milan dan dilepas ke Juventus pada Januari 1998.

Ternyata Davids seperti “hidup” kembali di Juventus. Dirinya tampil gemilang berduet dengan Zinedine Zidane di lini tengah Juventus dan mendapat kepercayaan penuh dari sang pelatih Marcello Lippi. Davids menjelma menjadi aktor penting di Juventus yang sukses membawa Juventus menjadi Juara Serie A musim 1997/1998 dan menjadi Runner Up Champions League musim 1997/1998.

Penampilan gemilang Davids ini tidak lepas dari perhatian Guus Hiddink. Tanpa ragu Hiddink menghubungi Davids untuk bergabung bersama skuad Belanda di Piala Dunia 1998. Davids sendiri menerima ajakan Hiddink tersebut. Awalnya Davids meminta agar dirinya menjadi pilihan utama dalam skuad. Namun Hiddink tegas menolak karena dirinya perlu melihat apakah Davids bisa menyatu bersama skuad lain atau tidak dalam skema permainan yang diterapkannya. Apalagi skuad Belanda tampil cukup solid tanpa kehadiran Davids selama kualifikasi.

Sempat buntu namun akhirnya Davids menghubungi Hiddink dan bersedia menerima keputusan Hididink serta berjanji akan berjuang untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya agar bisa terpilih dalam starter yang ditetapkan Hiddink. Hiddink dengan gembira menyambut keoputusan Davids tersebut.

Para pemain lain termasuk Ronald De Boer yang sempat bersitegang dengannya di Euro 1996 menyambut Davids dengan tangan terbuka. Suasana kondusifpun tercipta dalam tim Belanda menuju Piala Dunia 1998 yang digelar di Prancis. Apalagi Hididink didampingi oleh bintang legendaris Belanda Frank Rijkaard sebagai asisten pelatih. Kehadiran Rijkaard yang sangat dihormati oleh para pemain berkulit hitam membuat suasana tim menjadi cair dan kondusif.

Pada laga perdana penyisihan grup E Belanda berhadapan dengan Belgia. Di laga ini Davids sama sekali tidak diturunkan oleh Hiddink. Clarence Seedorf yang baru saja membawa Real Madrid menjadi Juara Champions League 1998 dipilih sebagai pilihan utama di lini tengah bersama Philip Cocu, Ronald De Boer dan Marc Overmars. Walau mendominasi permainan Belanda tetap gagal menciptakan gol dan harus puas bermain imbang 0-0 dengan Belgia. Lebih menyakitkan lagi Patrick Kluivert mendapat kartu merah dalam laga ini.

Di laga kedua melawan Korea Selatan Hiddink membuat beberapa perubahan terutama menyiasati absennya Kluivert. Seedorf yang tampil mengecewakan di laga perdana melawan Belgia digantikan oleh Edgar Davids. Ternyata Edgar Davids tampil gemilang bersama Philip Cocu dan Wim Jonk di lini tengah menopang trio Marc Overmars, Dennis Bergkamp dan Ronald De Boer di lini depan. Hasilnya Belanda sukses melumat Korea Selatan 5-0 di laga ini.

Penampilan gemilang Davids ini membuat Hiddink tidak ragu untuk terus memilih Davids sebagai pilihan utama di lini tengah dibanding Seedorf. Belanda lolos ke babak 16 besar sebagai Juara Grup E setelah di laga terakhir bermain imbang 2-2 dengan Meksiko.

Di babak 16 besar Belanda berhadapan dengan Yugoslavia. Edgar Davids berduet dengan Clarence Seedorf di lini tengah akibat Wim Jonk yang mengalami cedera. Laga berlangsung sengit. Seedorf dan Davids membuat Dragan Stoijkovic tak berkutik di lini tengah. Belanda unggul terlebih dahulu lewat Dennis Bergkamp di menit ke-38 dan bertahan hingga turun minum.

Yugoslavia menggebrak di awal babak kedua dengan mencetak gol balasan di menit ke-48 lewat Slobodan Komljenovic. Masuknya Dejan Savicevic menggantikan Stoijkovic di menit ke-58 membuat Seedorf dan Davids sempat kewalahan di lini tengah. Laga diperkirakan akan berakhir imbang dan berlanjut ke perpanjangan waktu. Hiddink bahkan sudah mempersiapkan Jerrel Hasselbaink untuk menggantikan Edgar Davids di perpanjangan waktu akibat kaki Davids kram dan sempat menjalani perawatan.

Namun di saat injury time itulah Edgar Davids menjadi pahlawan bagi Belanda. Tendangan kerasnya dari luar kotak penalti meluncur deras ke gawang Yugoslavia dan tak mampu ditahan sang kiper Ivica Kralj. Gol ini disambut meriah oleh Hiddink beserta anak – anak asuhnya di bench. Belanda lolos ke babak 8 besar dan Davids dielu – elukan oleh rekan – rekannya dan para penonton.

Dengan penuh kehangatan Guus Hiddink menghampiri Edgar Davids dan memeluknya dengan penuh kehangatan dan disambut dengan hangat juga oleh Edgar Davids. Seluruh skuad Belanda dan para pendukungnya di tribun terharu melihat adegan tersebut. Momen tersebut seolah menghapus kenangan buruk diantara mereka berdua pada Euro 1996.

Suasana kondusif ini terus berlanjut di babak 8 besar. Edgar Davids tampil gemilang ketika memperkuat Belanda menghadapi Argentina di babak 8 besar yang dimenangkan secara gemilang oleh Belanda 2-1. Gol kemenangan Belanda dicetak oleh Patrick Kluivert dan Dennis Bergkamp.

Sayang kemudian langkah Belanda terhenti di babak Semifinal setelah takluk dari Brazil lewat drama adu penalti setelah bermain imbang 1-1 di babak normal dan perpanjangan waktu. Demikian juga dalam perebutan tempat ketiga dimana Belanda takluk 1-2 dari Kroasia.

Usai Piala Dunia 1998 Guus Hiddink memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Belanda.

Edgar Davids mengungkapkan rasa kehilangannya atas kepergian Hiddink. Davids menganggap Hiddink punya peran besar dalam membangkitkan penampilan terbaiknya bersama Belanda di Piala Dunia 1998.

Sebuah momen yang menunjukkan rekonsiliasi indah antara Guus Hiddink dengan Edgar Davids di Timnas Belanda.

Komentar

Loading...