Tim Nasional Indonesia, peraih medali perunggu Asian Games 1958, Tokyo Jepang.

Skuad Tim Nasional Indonesia, peraih medali perunggu Asian Games 1958, Tokyo Jepang.

GIMIC.ID, MEDAN - Beberap waktu terakhir muncul perdebatan baik secara langsung maupun media tentang apakah timnas di masa lalu lebih hebat dan lebih baik dari timnas di masa kini atau justru sebaliknya.Perdebatan ini muncul seiring dengan prestasi Timnas U23 di bawah asuhan pelatih asal Korea Selatan Shin Tae Yong (STY) yang berhasil melaju ke Semifinal Piala asia U23 Tahun 2024 dan berlaga di paly off Olimpiade Paris 2024 melawan wakil Afrika Guinea.

Banyak argumen yang muncul yang sayangnya tidak disertai dengan alasan,fakta dan dasar pemikiran yang kuat.Bagi saya prestasi Timnas setiap periode itu memiliki track record yang baik dan harusnya tidak untuk diperdebatkan dengan emosional dan terkadang lebih bersifat subjektif dan tidak objektif.

Ketika Timnas Belanda menjadi Juara Piala Eropa 1988 di Jerman muncul pertanyaan dari wartawan kepada sang bintang utama Belanda waktu itu Marco Van Basten apakah Timnas Belanda 1988 lebih hebat dari Timnas Belanda yang jadi Runner Up Piala Dunia 1974. Van Basten menjawab : “Timnas Belanda di bawah kapten Tim Johan Cruyff akan tetap menjadi yang terbaik dalam sejarah sepakbola Belanda.Kami hanya mendekati kehebatan mereka dan merekalah sesungguhnya yang menjadi inspirasi kami”

Ketika Brazil menjadi Juara Piala Dunia tahun 1994 setelah “puasa gelar” selama 24 tahun,muncul pertanyaan kepada Edevair De Souza Faria yang merupakan ayah dari bintang utama Brazil di Piala Dunia 1994 Romario.Pertanyaanya adalah apakah sang putra Romario sudah selevel dan layak disejajarkan dengan Legenda Brazil yang membawa Brazil Juara Piala Dunia 1958,1962 dan 1970 Pele. Edevair menjawab “Pele adalah legenda dan pahlawan bagi warga Brazil.Tak ada yang bisa melebihi kharismanya di hati pecinta sepakbola Brazil”.

Begitulah sikap positif yang seharusnya ditiru dalam menilai prestasi sebuah Tim Sepakbola.Terkadang saya geli sendiri mendengar ujaran bahwa Timnas di masa lalu prestasinya “bukan apa – apa” atau “biasa aja” tanpa melihat fakta yang sebenarnya di masa itu. Saya sendiri mengapresiasi positif prestasi anak – anak asuh STY di Piala Asia U23 yang lalu.Begitu juga dengan peningkatan peringkat Indonesia di peringkat FIFA. Sudah cukup lama saya tidak merasakan euforia kebanggaan melihat Timnas Indonesia berlaga di turnamen – turnamen Internasiional.

Salah satu kisah hebat Timnas Indonesia di masa lalu yang layak menjadi inspirasi adalah prestasi Timnas Indonesia di Asian Games 1958 yang digelar di Tokyo. Prestasi meraih Medali Perunggu pada Asian Games 1958 adalah sesuatu yang layak mendapat apresiasi dan penghargaan yang khusus dari seluruh pelaku maupun pecinta sepakbola Indonesia.

Sejak pertama kali berpartisipasi di Asian Games 1951,Timnas Indonesia terus berpartisipasi mengikuti cabang sepakbola di Asian Games 1954 dan 1958. Salah satu yang menjadi motivasi tinggi bagi skuad Timnas Indonesia masa itu adalah ingin membuktikan bisa sejajar dengan kekuatan – kekuatan utama sepakbola Asia masa itu walau baru merdejka pada 17 Agustus 1945.

Pada Asian Games 1951 yang berlangsung di New Delhi (India) Timnas Indonesia yang waktu itu dilatih oleh pelatih asal Singapura Choo Seng Quee terhenti langkahnya di 8 Besar setelah takluk 0-3 dari tuan rumah India. Pada Asian Games 1954 di Manila yang berlangsung di Manila Timnnas Indonesia yang dilatih oleh pelatih asal Yugoslavia Antun "Toni" Pogačnik lolos ke Semifinal. Sayangnya Indonesia gagal meraih Medali Perunggu setelah dalam laga perebutan Medali Perunggu takluk dari Burma (Myanmar).

Setelah sukses lolos ke Olimpiade Melbourne 1956 dan nyaris lolos ke Piala Dunia 1958,maka pelatih asal Yugoslavia Antun "Toni" Pogačnik mencoba bintang – bintang muda untuk memperkuat Timnas di Olimpiade 1958 yang berlangsung di Tokyo sebagai bagian dari regenerasi Timnas Indonesia. Maka beberapa nama bintang senior yang saat itu sudah berusia di atas 30 tahun seperti : Ramli Yatim,Ramlan Yatim,Ramang,Djamiat Dhalhaar,Chaeruddin Siregar,Aang Witarsa dll tidak ikut dipanggil.

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

!"\#$%&'()*+,-./0123456789:;<=>?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~